Senin 13 May 2019 07:50 WIB

Haedar: Dakwah Pencerahan Muhammadiyah Berkelanjutan

Dakwah pencerahan Muhammadiyah terus berjalan dari waktu ke waktu.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir.
Foto: Dokumen.
Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir.

REPUBLIKA.CO.ID, CIPUTAT – Islam merupakan agama yang mencerahkan bagi kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, dan kemanusiaan universal. Pencerahan merupakan nilai keutamaan yang tertanam dalam segenap kebaikan jiwa, pikiran, sikap, dan tindakan yang maslahat, berkeadaban, serta berkemajuan. 

Hal tersebut disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, dalam pidato pembukaan Pengkajian Ramadhan Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Kampus ITB-Ahmad Dahlan, Ciputat, Tangerang Selatan, pada Ahad (12/5). Kegiatan ini akan berlangsung hingga 14 Mei.     

Baca Juga

Dengan berislam yang mencerahkan, kata Haedar, setiap Muslim senantiasa menyebarkan akhlak mulia yang menebar ihsan yang melampaui sekaligus rahmat bagi semesta alam. 

Menurut Haedar, Islam melarang umatnya menyebarkan akhlak yang tercela (al-akhlaq al-madzmumah) yang membawa kerusakan di muka bumi (fasad fil-ardl ). "Jika Islam dihayati secara murni, maka setiap Muslim menjadi cerah hati, pikiran, sikap, dan tindakannya," ujarnya.

Pengkajian Ramadhan tahun ini mengusung tema "Risalah Pencerahan Dalam Kehidupan Keumatan dan Kebangsaan: Tinjauan Ekonomi, Politik dan Sosial Budaya." Tema itu diangkat sebagai tindak lanjut dari Tanwir Muhammadiyah. Supaya pemikiran Tanwir tidak hanya jadi teks yang indah. Tapi menjadi komitmen dan dilaksanakan dalam persyarikatan Muhammadiyah dan dalam peran kebangsaan dan global.

"Kita sudah lama memperkenalkan istilah pencerahan, ini sudah menjadi gugusan pemikiran dan menjadi perspektif pemikiran Muhammadiyah, bahkan jadi tema muktamar di Malang 2005 dan 2010, jadi penguatan gerakan Muhammadiyah abad ke-2," jelasnya.  

Haedar menjelaskan, kata pencerahaan menjadi mata rantai dari berkemajuannya gerakan Muhammadiyah dari abad pertama. Dalam rentang waktu satu abad, Muhammadiyah bergelut dengan isu kemajuan yang asli pemikiran Kiai Ahmad Dahlan.

Menurut Haedar, kata kemajuan terus menggelinding. Pada 1938 dilanjutkan Kiai Mas Mansur. Kemudian terkandung dalam 12 langkah Muhammadiyah. 

Dia menyebut pemikiran-pemikiran Muhammadiyah ini sangat sistematis. Ada juga lima pemikiran Muhammadiyah 1954-1955, sementara pada 1968 lahir matan keyakinan dan cita-cita hidup (MKCH) Muhammadiyah, dan pada  1978 lahir khittah.

"Kemudian lahir pedoman hidup Muhammadiyah, dan 2010 lahir pernyataan abad kedua, kemudian yang terbaru ialah pemikiran ‘Darul 'Ahdi wa as-Syahadah’," ujarnya. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement