Ahad 12 May 2019 20:20 WIB

Menyelami Nasihat-Nasihat Syekh Imam Nanawi al-Bantani

Syekh Imam Nanawi al-Bantani memberi nasihat bagaimana agar umat Islam Dicintai Allah

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Mengingat Allah Ilustrasi.
Foto: ANTARA FOTO/Jojon
Mengingat Allah Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar, Indonesia memiliki banyak ulama yang menulis kitab-kitab ajaran Islam. Di antara kitab yang ditulis ulama nusantara adalah Nashaihul `Ibad yang berisi nasihat-nasihat agar umat Islam lebih dicintai Allah.

Kitab tersebut ditulis oleh ulama terkemuka asal Banten, Syekh Imam Nawawi al-Bantani. Kitab kuning yang satu ini memiliki peran sentral di jantung pema haman agama masyarakat Muslim Indo nesia. Kitab Nashaihul `Ibad ditulis menggunakan bahasa Arab, tapi kini telah banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Nasihat-nasihat yang terkandung di dalamnya akan menggugah kesadaran umat Islam Indonesia untuk lebih dekat kepada Allah. Dalam buku ini, Syekh Nawawi menawarkan berbagai macam solusi untuk membenahi kekurangan-kekurangan umat selama ini.

Syekh Nawawi al-Bantani merupakan ulama besar yang lahir pada 1815 Masehi di Kampung Tanara, sebuah desa kecil di Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Beliau merupakan kakek buyut KH Ma'ruf Amin yang kini menjadi ketua umum Majelis Ulama Indonesia (MUI).

Syekh Nawawi adalah ulama bertaraf Internasional yang menjadi Imam Masjidil Haram. Sejak berusia lima tahun, Syekh Nawawi sudah mulai mempelajair ilmu agama langsung dari ayahnya. Juga bahasa Arab, fikih, tauhid, Alquran, dan tafsir.

Pada usia delapan tahun, Syekh Nawawi berguru kepada KH Sahal, salah seorang ulama terkenal di Banten saat itu dan juga belajar kepada Syekh Baing Yusuf Purwakarta. Dengan keilmuan dan kecerdasannya yang tinggi, Syekh Nawawi telah mengajar orang-orang sejak usianya masih belum genap 15 tahun.

Setelah berusia 15 tahun, baru kemudian Syekh Nawawi berangkat haji ke Makkah dan berguru kepada ulama masyhur di sana. Setelah tiga tahun belajar di Makkah, Syekh Nawawi sempat kembali ke Banten pada 1833 untuk membantu ayahnya mengajar santri. Namun, beberapa tahun kemudian, dia kembali ke Makkah untuk menetap di kota suci itu.

Syekh Nawawi merupakan ulama nusantara yang memiliki kualitas keilmuan yang tinggi dan piawai dalam menulis, sehingga sangat banyak kitab yang ditulisnya. Setidaknya dia telah menulis sebanyak 115 kitab yang meliputi bidang ilmu fikih, tauhid, tasawuf, tafsir, dan hadis. Sekitar 22 karyanya masih beredar hingga saat ini.

Karena itu, Syekh Nawawi dapat dikatakan sebagai ulama yang paling produktif di Indonesia. Seorang peneliti terkenal asal Belanda, Martin van Bruinessen menyatakan, 11 dari kitab-kitabnya bahkan termasuk 100 kitab yang paling banyak digunakan di pesantren di Indonesia, termasuk kitab Syarah Nashaihul `Ibad.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement