Selasa 09 Apr 2019 02:05 WIB

Kiai Maruf Ingatkan Tugas Ulama

Menurut Kiai Maruf Ulama harus menjaga agama dan juga menjaga negara

Rep: Muhyiddin/ Red: Nidia Zuraya
Calon Wakil Presiden nomor urut 01 Maruf Amin berpidato pada Majelis Taklim Bersalawat di Istora Senayan, Jakarta, Senin (8/4/2019).
Foto: Antara/Dhemas Reviyanto
Calon Wakil Presiden nomor urut 01 Maruf Amin berpidato pada Majelis Taklim Bersalawat di Istora Senayan, Jakarta, Senin (8/4/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 01, KH Ma'ruf Amin bersilturrahim dengan ulama dan santri di Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat, Cibarusah, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Senin (8/4) malam. Dalam tausiyahnya, Kiai Ma'ruf mengatakan, pesantren merupakan tempat lahirnya ulama dan pejuang.

Karena itu, Kiai Ma'ruf mengingatkan tentang peran dan tugas yang dilakukan para ulama saat ini. Menurut dia, ulama saat ini tidak hanya memiliki tugas mendidik para santri, tapiharus mnjaga agama dan negara.

Baca Juga

"Ulama harus menjaga agama dan juga menjaga negara," ujar Kiai Ma'ruf di hadapan ratusan santri dan ulama di Pondok Pesantren Al Baqiyatussholihat, Senin (8/4) malam.

Kiai Ma'ruf menuturkan, ulama harus menjaga agama agar umat Islam tidak terjebak pada sikap-sikap yang tidak lurus, seperti sikap yang tidak toleran. "Tidak toleran. Apa saja jadi masalah. Jangankan kepada non-muslim, sesama muslim aja dianggap kafir," ucap Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini.

Sementara itu, ulama juga harus menjaga negara karena negara ini merupakan hasil perjuangan para ulama. Sebelum akhir abad ke-19, kata Kiai Ma'ruf, kalangan ulama dan santri sudah melakukan perjuangan untuk kemerdekaan Indonesia.

Menurut Kiai Ma'ruf, perjuangan-perjuangan para ulama itulah yang melahirkan semangat perlawanan untuk kebangkitan nasional, sehingga lahirlah Indonesia merdeka. "Jadi mulainya siapa? Kiai. Ketika Indonesia merdeka, datang lagi Belanda, mau ngambil lagi, mau menjajah lagi," kata Kiai Ma'ruf.

Saat itu, TNI dan Polri belum terkonsolidasi karena Indonesia baru merdeka dua bulan. Akhirnya, kata Kiai Ma'ruf, saat itu pendiri NU KH. Hasyim Asy'ari mengeluarkan fatwa jihad yang menyatakan bahwa membela Tanah Air melawan penjajah hukumnya fardlu ain.

"Kemudian lahir lah resolusi jihad pada 22 Oktober, kemudian terjadi perlawanan perang November di Surabaya, penjajah terusir lagi, karena para santri berjuang mengusir penjajahan," jelas Kiai Ma'ruf.

Setelah itu, 10 November pun diperingati sebagai hari pahlawan. Sementara, 22 Oktober yang memberikan inspirasi dan mendorong semangat perlawanan itu dilupakan begitu saja hingga 70 tahun lamanya.

Namun, belum lama ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menetapkan hari santri nasional untuk menghargai perjuangan para ulama dan santri, tepatnya pada 22 Oktober 2015 lalu.

"Alhamdulillah. Jadi ulama itu dari dulu berjuang. Karena itu, kita mengatakan NKRI harga mati. Makanya kita sebut, menjaga negara, karena NKRI adalah harga mati," kata Mantan Rais Aam PBNU ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement