Jumat 05 Apr 2019 18:46 WIB

Tips Menghafal Alquran Sejak Dini

Menghafal Alquran memerlukan guru, tidak bisa otodidak.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Hasanul Rizqa
Ilustrasi Membaca Alquran
Foto: dok. Republika
Ilustrasi Membaca Alquran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alquran merupakan kitab suci yang sangat istimewa. Isinya tidak berubah sedikit pun sejak pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sekira 14 abad silam.

Di antara cara Allah SWT menjaga otentisitas Alquran ialah adanya kalangan yang menghafalkannya. Mereka biasa disebut sebagai hafiz.

Baca Juga

Muhammad Saihul Basyir merupakan seorang pemuda yang hafal Alquran. Kepada Republika.co.id, dia menuturkan tips tentang kiat-kiat menghafal Alquran.

Menurut dia, seseorang mesti terlebih dahulu meyakini, Alquran tidak sulit dihafal, asalkan ada kesungguhan dari orang tersebut. Allah SWT berfirman dalam surah al-Qamar ayat 17. Artinya, "Sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?"

photo
Muhammad Saihul Basyir

Basyir menuturkan pengalamannya. Dia menilai, ada dua hal penting dalam proses menghafal Alquran. Pertama, memupuk keimanan sejak kecil. Sebab, kemudahan dalam menghafal Alquran terjadi dalam prosesnya lantaran iman di dada.

"Ada memang yang mungkin diberikan kecerdasan berpikir, lalu menghafal Alquran dengan cepat. Tapi, pada kemudahan-kemudahan yang lain, seperti kemudahan mengamalkan, mengajarkan, Allah tidak berikan," jelas Muhammad Saihul Basyir kepada Republika.co.id, Jumat (5/4).

Karena itu, dalam ayat Alquran tersebut makna wa laqad yassarnal qur-aana lidzdzikri ('Sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk pelajaran') adalah kemudahan dalam setiap tahap, yakni fase menghafal, membaca, mengamalkan, hingga mengajarkannya.

Kedua, seseorang mesti menemukan guru yang tepat dan konsisten belajar darinya. "Jadi kita enggak bisa menghafal Alquran dengan mudah tanpa guru. Bahkan, Rasulullah SAW itu butuh guru, yakni Malaikat Jibril. Para sahabat juga menghafal Alquran tidak sendirian, tapi mereka butuh guru," jelas mahasiswa Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta itu.

Basyir berpendapat, proses otodidak sukar untuk dijalankan dalam hal menghafal Alquran. Proses ini memerlukan sosok guru, yang dengannya seorang murid memperdengarkan bacaan Alquran. "Murid mendengar, guru membacakan," kata pria kelahiran tahun 1996 ini.

Basyir sendiri berguru dengan KH Hajar Al-Akbar, seorang muhafiz (guru yang membuat orang lain menjadi hafiz) di Pesantren Darul Qur'an Mulia. Lembaga itu sendiri diasuh KH Abdul Hasib Hasan. Selain itu, pemuda ini juga masih belajar menghafal Alquran dan banyak hadis dengan guru-guru lain, termasuk seorang syekh asal Riyadh (Arab Saudi) di LIPIA JAKARTA.

Sejak usia 7 tahun Basyir sudah mulai menghafal Alquran. Dia mulai menghafal Alquran di Pondok Pesantren Yanbu'ul Qur'an, Kudus, Jawa Tengah. Setelah tiga tahun di sana, kemudian ia pindah ke Jakarta dan melanjutkan sekolahnya di Al-Hikmah, Mampang, hingga usia 12 tahun.

Selama menempuh pendidikan sekolah dasar tersebut, cara menghafal yang dilakukan Basyir yakni diperdengarkan bacaan Alquran oleh gurunya. Lepas dari sekolah dasar itu, hafalan 30 juz Basyir sudah tamat, tapi belum lancar. Lalu ia mengenyam pendidikan SMP hingga SMA di Darul Qur'an Mulia.

"Saat masuk Darul Qur'an Mulia, sudah hafal (Alquran) tapi belum lancar. Kemudian saya melancarkannya di sana dari SMP sampai SMA. Terus dilancarkan bersama Ustaz Hajar Al-Akbar. Murojaah terus," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement