Rabu 03 Apr 2019 13:48 WIB

Nasaruddin: Isra Miraj Tekankan Persatuan dan Keutuhan

Mikraj memiliki misi menghadirkan manusia langit yang mengutamakan aspek persatuan.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Andi Nur Aminah
Nasaruddin Umar- Imam Besar Masjid Istiqlal
Foto: Republika/ Wihdan
Nasaruddin Umar- Imam Besar Masjid Istiqlal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin Umar menyampaikan penjelasan soal Isra Miraj dalam konteks kebangsaan. Isra Mikraj sebagai sebuah perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Makkah hingga Sidratulmuntaha, mempunyai misi yang mulia.

Nasaruddin menuturkan, miraj memiliki misi yaitu menghadirkan manusia langit yang mengutamakan aspek persatuan, bukan perbedaan. Manusia langit, papar dia, juga menekankan aspek ijmali (keutuhan), bukan keberantakan. Manusia langit ialah manusia yang bersih, bukan manusia kotor.

Baca Juga

"Manusia langit itu dekat dengan Allah SWT, bukan dekat dengan iblis. Manusia langit itu mempersiapkan dirinya untuk dipanggil oleh Allah SWT. Sementara manusia bumi itu belum punya persiapan," tutur guru besar tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini, di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (3/4).

Berikutnya, lanjut Nasaruddin, inti dari Isra Miraj juga berkaitan erat dengan aspek kebangsaan, khususnya momen Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 yang berlangsung pada 17 April ini. Pemilu kali ini, meski dilalui dengan perbedaan pilihan, harus berakhir dengan suasana kebatinan yang sejuk, damai, dan terbuka.

"Sekali pun ada perbedaan pilihan dalam pemilu, tetapi sesudah pemilu mari kita rujuk kembali. Nabi setelah mikraj itu berhijrah. Jadi setelah pemilu ini kita hijrah ke dalam suasana batin yang lebih terbuka. Terima kelemahan dan kelebihan teman-teman kita," ujar rektor Perguruan Tinggi Ilmu Alquran (PTIQ) Jakarta ini.

Selain dua hal itu, Nasaruddin menambahkan, inti yang paling penting dari Isra Mikraj yakni shalat. Dia mengajak, umat Muslim yang masih bolong shalatnya agar menunaikan shalat lima waktu sebagaimana perintah wajib seusai Nabi melakukan Isra Miraj.

"Orang yang tidak shalat, shalatlah. Insya Allah kita menjadi manusia yang bersih, manusia husnuzan, bukan manusia curiga. Manusia yang benar, bukan manusia hoaks. Manusia yang agung, bukan manusia rendahan," jelas pria yang pernah menjadi wakil menteri agama dari 2011 sampai 2014 itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement