Rabu 20 Mar 2019 20:52 WIB

Di Balik Antusiasme Peserta Rabu Hijrah di Kota Tasikmalaya

Antusiasme menunjukkan geliat hijrah juga merambah daerah.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Nashih Nashrullah
Penyelenggaraan Rabu Hijrah di Masjid Al-Muhajirin, Universitas Siliwangi, Kota Tasikmalaya, Rabu (20/3).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Penyelenggaraan Rabu Hijrah di Masjid Al-Muhajirin, Universitas Siliwangi, Kota Tasikmalaya, Rabu (20/3).

REPUBLIKA.CO.ID,  TASIKMALAYA – Penyelenggaraan Rabu Hijrah di Masjid Al-Muhajirin, Universitas Siliwangi, Kota Tasikmalaya, Rabu (20/3) berjalan sukses.

Meski dilakukan bukan di kota besar, antusiasme peserta sangat tinggi. Bahkan, hampir seluruh tempat di masjid yang memiliki dua lantai itu penuh terisi.   

Baca Juga

Pelaksana tugas Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI), M Arief Rosyid, mengatakan Kota Tasik merupakan lokasi pertama digelar Rabu Hijrah yang jauh dari kota besar. Namun, antusias peserta, khususnya dari kalangan muda, tetap tinggi.   

"Kita sangat gembira antusiasme masyarakat Tasik sangat luar biasa," kata dia kepada Republika.co.id, Rabu (20/3). 

 

Selama ini, kata dia, Rabu Hijrah selalu dilakukan di Kota Besar seperti Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Tangerang, Medan, dan Padang. Namun, ketika diadakan di Tasik, antusias peserta tak juga surut.  

Menurut Arief, fenomena itu menandakan semangat generasi Muslim muda tidak hanya terjadi di kota besar, melainkan mulai menjamur ke kabupaten/kota lainnya. Karena itu, dia optimis gerakan Rabu Hijrah akan cepat menular ke kota-kota lainnya  

Dia menjelaskan, semangat dari Rabu Hijrah adalah untuk mengumpulkan anak muda yang aktif di masjid untuk membuat gerakan yang subtansial. Salah satu gerakan subtasial itu tak lain  mendorong kebangkitan ekonomi umat Islam.   

Dia berharap, setelah melaksanakan Rabu Hijrah, setiap pengurus masjid akan memiliki kesadaran untuk menjadikan masjid sebagai pusat ekonomi umat.   

Pasalnya, berdasarkan survey DMI, sekitar 70 persen responden menginginkan masjid tak hanya dipakai menjadi tempat ibadah.  

"Itu ekspetasi generasi muda. Itu juga yang dilakukan Rasulullah dalam membangun peradaban, dengan membangun ekonomi umat. Semangat itu yang ingin kita tularkan," kata dia. 

Arief menegaskan, masjid harus bisa memberikan dampak kepada masyarakat sekitar secara langsung dengan pemberdayaan ekonomi umat. Dia optimistis hal itu dapat dilakukan. 

"Apalagi sekarang semangat keislaman anak muda kita sedang tumbuh. Tinggal semangat itu diwujudkan dalam suatu gerakan," kata dia.

  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement