Jumat 15 Mar 2019 14:56 WIB

Ustaz Abdul Somad: Pelaku Penembakan Layak Disebut Teroris

Ustaz Abdul Somad mengutuk keras penembakan di masjid Selandia Baru.

 Keluarga korban berdiri di luar masjid  setelah penembakan yang mengakibatkan banyak kematian dan cedera di Masjid Al Noor di Deans Avenue di Christchurch, Selandia Baru, (15/3 2019).
Foto: EPA-EFE/Martin Hunter
Keluarga korban berdiri di luar masjid setelah penembakan yang mengakibatkan banyak kematian dan cedera di Masjid Al Noor di Deans Avenue di Christchurch, Selandia Baru, (15/3 2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kabar mengejutkan datang dari Selandia Baru hari ini, Jumat (15/3). Sejumlah pelaku menembaki secara brutal puluhan orang di dua masjid di Deans Ave dan Linwood, Christchurch, Selandia Baru. Saat itu, dua rumah ibadah tersebut sedang dipenuhi kaum Muslimin yang melaksanakan shalat Jumat.

Ustaz Abdul Somad (UAS) mengutuk keras penembakan membabi-buta di dua masjid tersebut. UAS berdoa semoga para korban dimasukkan ke dalam surga-Nya, serta segenap keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan.

Baca Juga

Lebih lanjut, mubaligh tersebut menegaskan, para pelaku merupakan teroris yang sesungguhnya. Berbagai pemberitaan sementara ini masih "malu-malu" menyebut mereka pelaku kriminal yang bersenjata api (gunmen). Hal itu mengindikasikan ketidakjujuran.

"Barat tidak pernah jujur. The real terrorist ini hanya disebut gunmen. Maka (dengan adanya kejadian ini) itulah cara Allah membuka mata para penyembah Barat. Masihkah berkelit?" kata Ustaz Abdul Somad saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (15/3).

Bagaimanapun kejinya aksi para pelaku, UAS berharap kaum Muslimin tidak lantas membalasnya dengan kekejian serupa. Serahkan pengusutan kepada aparat penegak hukum dan pemerintah setempat.

Apalagi, para pelaku biasanya merupakan segelintir orang di tengah kaumnya. Karena itu, alumnus Universitas al-Azhar (Mesir) itu mengimbau kaum Muslimin agar tidak memberi penilaian generalisasi. Mayoritas masyarakat cenderung masih berpandangan yang berbeda, sehingga tidak menjadikan kekerasan sebagai jawaban final.

"Jangan sweeping dan jangan pukul rata. Tidak semua Barat begitu. Semoga umat Islam senantiasa cerdas," ujar dosen UIN Sultan Syarif Kasim Riau itu.

Beberapa saat setelah kejadian penembakan itu, kepolisian Selandia Baru telah menangkap empat orang yang diduga sebagai pelaku. Mereka terdiri atas tiga pria dan seorang perempuan. Kendati demikian, juru bicara kepolisian di sana menekankan, tidak menutup kemungkinan akan ada pelaku lainnya yang ditangkap.

Hingga kini penyelidikan terhadap keempat terduga pelaku masih dilakukan. Oleh karena itu, pihak kepolisian setempat tidak menyebut aksi penembakan di dua masjid itu sebagai serangan teroris. Bagaimanapun, situasinya diakui sangat serius.

"Kami saat ini berhadapan dengan situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di Selandia Baru. Ini sangat gawat, sangat serius," ujar Komisaris Polisi Selandia Baru Mike Bush, Jumat (15/3).

Bush menyayangkan adanya video yang mendokumentasikan aksi penembakan tersebar di media sosial. Seorang pelaku bahkan melakukan live streaming ketika sedang membantai orang-orang tak berdosa di dalam masjid itu.

"Seharusnya (video) tidak di domain publik," ucapnya seraya menambahkan kepolisian akan berupaya menghapusnya.

Aksi penembakan di dua masjid di Christchurch terjadi saat umat Muslim di sana menunaikan shalat Jumat. Terdapat ratusan orang di dalam masjid, enam di antaranya adalah warga negara Indonesia (WNI).

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk Selendia Baru dilaporkan telah berhasil menghubungi tiga WNI. Namun, tiga WNI lainnya belum diketahui kabarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement