Jumat 08 Mar 2019 14:18 WIB

Nasihat Ustaz Abdul Somad Menyambut Bulan Rajab

Ustaz Abdul Somad menerangkan, amalan sunah pada Rajab tidak dikhususkan.

Ustaz Abdul Somad memberikan tausiyahnya saat acara MPR-RI Bersholawat di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (29/8).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Ustaz Abdul Somad memberikan tausiyahnya saat acara MPR-RI Bersholawat di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (29/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini, kita telah memasuki tanggal 1 Rajab 1440 Hijriah. Menurut Ustaz Abdul Somad (UAS), Rajab adalah salah satu dari empat bulan yang dimuliakan dalam Islam.

Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah SAW, sebagaimana diriwayatkan Bukhari dan Muslim. “Sesungguhnya zaman ini telah berjalan, sebagaimana perjalanan awalnya ketika Allah menciptakan langit dan bumi, yang mana satu tahun ada 12 bulan. Di antaranya, ada empat bulan haram, tiga bulan yang (letaknya) berurutan, yaitu Dzulkaidah, Dzulhijah, dan Muharam. Lalu, Rajab yang berada di antara Jumadil (Akhir) dan Syaban.”

Baca Juga

Alquran telah mengisyaratkan bulan-bulan istimewa itu. Lihat, surah at-Taubah ayat ke-36. Firman Allah SWT itu menegaska, "Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram."

"Rajab salah satu bulan mulia yang (jumlahnya) ada empat," jelas Ustaz Abdul Somad saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (8/3).

 

Rajab secara kebahasaan berarti ‘menghormati.’ Tidak hanya pada era Islam. Pada masa jahiliyah, penduduk Arab menghormati Rajab, yakni dengan ritual-ritual menyembelih anak unta pertama yang lahir dari induknya. Selama bulan Rajab, perang dilarang. Pintu Ka’bah pun mulai dibuka. 

Bulan ketujuh dari penanggalan Hijriah itu mengandung banyak peristiwa bersejarah. Misalnya, Isra Mi'raj Nabi SAW--yang melalui itu turun perintah bagi umat Islam untuk melaksanakan shalat wajib lima waktu. Perang Tabuk juga berlangsung pada Rajab tahun kesembilan Hijriah. Selain itu, pembebasan Masjid al-Aqsha oleh Sultan Shalahuddin al-Ayyubi juga terjadi pada bulan Rajab, tepatnya 27 Rajab 583.

Masih tentang keutamaan Rajab. Rasulullah SAW pernah bersabda, "Sesungguhnya Rajab adalah bulan Allah yang agung. Kemuliaan dan keutamaannya tidak tersaingi bulan-bulan lainnya. Di bulan ini, diharamkan berperang dengan orang-orang kafir. Adapun Sya'ban itu adalah bulanku. Sedangkan, Ramadhan adalah bulan umatku.

Maka barangsiapa berpuasa sehari saja di bulan Rajab, maka dia akan mendapatkan keridhaan Allah yang sangat besar dan jauh dari kemurkaan-Nya serta tertutup baginya salah satu pintu neraka."

Maka dari itu, lanjut UAS, bulan Rajab juga dapat dianggap sebagai jalan menuju datangnya kemuliaan Ramadhan. "Inilah (awal) persiapan menyambut Ramadan selama 60 hari ke depan," ujar alumnus Universitas al-Azhar (Mesir) itu.

Karena itu, barangsiapa yang belum melunasi utang-utang puasa Ramadhan, hendaknya segera melunasinya.

Pada hadits lain, Rasulullah SAW bersabda, "Bulan Rajab dijuluki al-Ashab ('pelimpahan') karena pada bulan ini rahmat Allah dilimpahkan kepada umatku."

Bagaimanapun, menurut UAS, amalan-amalan sunah hendaknya disemarakkan selama Rajab, sebagaimana bulan-bulan lainnya. Rasulullah SAW sendiri tidak mengkhususkan amalan-amalan tertentu.

"Amalannya tidak diatur Nabi SAW. Bebas saja. Puasa, zikir, membaca Alquran, sedekah, dan lain-lain," papar peraih tokoh perubahan Republika 2017 itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement