Jumat 08 Mar 2019 23:20 WIB

Belajar Karakter Lewat Sepak Bola

Sepak bola bisa menjadi instrumen positif sekaligus instrumen negatif.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Andi Nur Aminah
Ketua PP Muhammadiyah Hajriyanto Y Thohari
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Ketua PP Muhammadiyah Hajriyanto Y Thohari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PP Muhammadiyah menggelar pengajianan bulanan dengan tema Dakwah Melalui Sepak Bola. Ketua PP Muhammadiyah, Hajriyanto Y Tohari mengatakan, sepak bola bisa menjadi instrumen apa saja dalam kehidupan sehari-hari. Di antaranya sepak bola bisa menjadi instrumen positif sekaligus instrumen negatif.

"Instrumen yang negatif jadi alat perjudian. Skornya berapa misalnya 1-0 you bayar berapa saya bayar berapa, itu instrumen yang negatif," kata Hajriyanto Y Tohari saat menjadi pengantar pengajian bulanan PP Muhammadiyah dengan tema Dakwah Melalui Sepak Bola, Jumat (8/3).

Baca Juga

Akan tetapi sebetulnya dalam banyak hal, sepak bola bisa juga menjadi instrumen positif. Salah satunya menjadi dakwah Islam yang efektif kepada komunitas sosial di masyarakat. "Bahkan ada orang mengatakan bahwa sepakbola juga bisa menjadi instrumen pembentuk karakrter," katanya.

Terkait sepak bola dapat membentuk karakter, Hajriyanto yang juga Duta Besar RI untuk Libanon ini menceritakan, pada 2010 dilakukan pertandingan sepak bola antara Timnas Indonesia melawan Timnas Uruguay yang diselenggarakan di Stadion Gelora Bung Karno.

Dalam ceritanya itu Hajriyanto mengenang apa yang disampaikan pelatih timnas Uruguay Oskar Washington Tabarez. Pasca pertandingan selesai, Tabarez ditanya wartawan Indonesia apa sarannya untuk kemajuan sepak bola Indonesia.

"Oscar Tabarez menjawab begini. Ada dua hal yang saya sarankan demi kemajuan sepak bola Indonesia," katanya.

Hajriyanto menirukan perkataan Oskar Tabarez, bahwa Indonesia harus memusatkan perhatiannya kepada pembinaan pemain-pemain yang masih belia. "Dan ajari mereka mencintai negaranya,” kata Hajriyanto menirukan perkataan Tabarez.

Jadi, kata Hajriyanto jika diterjemahkan saran Tabarez lebih panjang lagi, pemerintah harus sudah mulai memusatkan perhatiannya kepada para pemain-pemain belia dan sekaligus ajari mereka cinta kepada bangsanya. "Itu saran dari tamu yang terhormat, ya tidak mungkin Tabarez memberikan asesmen penilaian yang terlalu terbuka," katanya.

Jadi menurut Hajriyanto, ketika Oskar Washington Tabarez dalam 45 menit dikali dua itu dalam pertandingan sepak bola skornya 7-1, Tabarez tidak melihat di situ nampak tanda-tanda cinta kepada bangsanya. "Dari caranya mengejar bola enggak ada cinta kepada bangsanya. Caranya merebut bola, caranya mempertahankan bola dan juga caranya menjaga gawang. Itu bagi Oskar Tabarez sebetulnya bisa dilihat rasa cintanya kepada negara," katanya.

Hajriyanto menyatarankan, Oskar Tabarez harus mengajari para pemain timnas cinta kepada bangsanya adalah saran yang baik.  "Ini artinya soal karakter. Karena karakter itu bisa membikin orang mati-matian mengejar bola. Kesannya, saya ingin mengejar bola demi nama bangsa kehormatan bangsa," katanya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement