Rabu 13 Feb 2019 20:10 WIB

Jimly: Jangan Pisahkan Fungsi Ekonomi dari Masjid

Partisipasi dunia Islam dalam ekonomi global hanya sekitar 3 persen.

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
RABU HIJRAH. Tokoh muda nasional,Erick Thohir (kiri), Founder Paytren Yusuf Mansur (kedu dari kiri), dan Dewan Pembimna YPI Masjid Al Azhar Jimly Asshiddiqie (kedua kanan) dan founder Rabu Hijrah Arief Rosyid (kanan) pada acata Rabu HIjrah di Jakarta, Rabu (13/2).
Foto: Yogi Ardhi/Republika
RABU HIJRAH. Tokoh muda nasional,Erick Thohir (kiri), Founder Paytren Yusuf Mansur (kedu dari kiri), dan Dewan Pembimna YPI Masjid Al Azhar Jimly Asshiddiqie (kedua kanan) dan founder Rabu Hijrah Arief Rosyid (kanan) pada acata Rabu HIjrah di Jakarta, Rabu (13/2).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA –  Ketua Umum Ikatan Cedikiawan Muslim Indonesia (ICMI), Prof Jimly Asshiddiqie menyarankan agar umat membuat halaqah rutin di masjid untuk mendiskusikan tentang pengembangan ekonomi umat Islam. 

Hal ini lantaran untuk mengembangkan ekonomi, umat Islam bisa memulainya dari masjid.  

Menurut dia, kedepannya pihaknya dan pemuda Islam yang menggerakkan Program Rabu Hijrah juga akan menggelar kegiatan di masjid-masjid untuk membahas masalah ekonomi, sehingga mampu membangkitkan ekonomi umat. 

"Insya Allah kita adakan sesudah April di masjid. Karena, usaha untuk mengembangkan ekonomi umat dan ekonomi bangsa, jangan jauh dari masjid," ujar Jilmy saat menjadi pembicara dalam acara Rabu Hijrah bertema "Kebangkitan Ekonomi Umat" di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (13/2).  

Jimly mengatakan, selama ini ada hadis Nabi SAW yang memang kerap disalahpahami umat terkait ekonomi. Dalam hadis itu dijelaskan sebaik-baik tempat adalah masjid dan seburuk-buruk tempat adalah pasar.

Menurut dia, hadis itu disalahpahami agar umat menjauhkan diri dari pasar dan masjid hanya dijadikan sebagai tempat ibadah. 

"Masjid harus memberikan sinarnya, membimbing secara moral supaya dinamika ekonomi di pasar itu tumbuh berkembang untuk kemanusiaan. Jadi jangan disalahpahami. Mari kita di mana ada pasar, buat masjid. Di mana ada masjid, kita pikirkan bagaimana pengembangan pasar," kata Jimly.  

Menurut Jimly, kesalahpahaman tersebut sudah terlalu lama. Apalagi, kata dia, ketika umat berkenalan dengan politik, perhatian terhadap ekonomi menjadi terbengkalai. Hal ini juga pernah terjadi dalam sejarah Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan 1905. 

Jimly mengatakan, gerakan nasional pertama itu awalnya fokus pada masalah ekonomi. Tapi tak lama kemudian berganti nama menjadi Partai Politik Sarekat Islam. 

Seharusnya, kata dia, waktu itu Sarekat Dagang tidak diganti dengan partai politik, tapi umat yang tertarik dengan politik bisa membuat organisasi baru.  

"Pertanyaannya? Mengapa sih nggak bikin baru saja Sarekat Islam yang politik, tapi Sarekat Dagangnya terus. Tapi itulah tatkla kita mabok politik, dagangnya lupa," ucap Jimly.   

Jimly mendukung Rabu Hijrah yang bertujuan untuk mengembangkan ekonomi umat. Program ini dicetuskan oleh sejumlah pemuda Islam, yang di antaranya Arief Rosyid, yang merupakan Plt Sekjen Dewan Masjid Indonesia (DMI). 

"Jadi saya sangat mendukung ini ide. Apalagi, kata Pak Habibie, ada 20 persen jumlah penduduk Muslim di dunia. Rata-rata negeri Muslim dari Maroko sampai Merauke, kaya sumber daya alamnya. Tapi kualitas SDM-nya masih di bawah rata-rata," kata Jimly.   

Karena itu, lanjut dia, tak heran jika partisipasi dunia Islam dalam ekonomi global hanya sekitar 3 persen. 

Padahal, menurut dia, jumlah penduduk Islam di seluruh dunia ada 20 persen. Menurut dia, hal itu terjadi karena dunia bisnis tidak terlalu ditekuni oleh umat Islam.

"Sehingga 100 pengesuha terkaya Indonesia, yang muslimnya cuma belasan. Ya salah satunya Pak Erick (Thohir) ini. Syukurilah mudah-mudahan dia terus besar. Ini suatu semangat hijrah kita," jelas Jimly. 

Kegiatan berjuluk "Rabu Hijrah" tersebut dihadiri ratusan pemuda Islam dari berbagai latar belakang, seperti mahasiswa dan pengusaha. Selain menghadirkan Jimly, acara ini juga menghadirkan Founder Paytren Ustadz Yusuf Mansur dan Founder Mahaka Grup, Erick Thohir. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement