Senin 11 Feb 2019 12:27 WIB

Kanwil Kemenag Agar Fasilitasi Pesantren dengan Era Digital

Kitab-kitab digital yang telah diproduksi oleh Kementerian Agama bisa diperkenalkan.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Andi Nur Aminah
Alquran Digital
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Alquran Digital

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Menteri Agama (Menag), Lukman Hakim Saifuddin, meminta kantor wilayah untuk memfasilitasi adaptasi pesantren dengan dunia digital. Ini dilakukan agar kalangan pesantren, mulai dari santri hingga kiai dapat beradaptasi dengan dunia digital.

Menag menilai usaha ini dapat menjadi solusi bagi pesantren-pesantren salaf yang seringkali mengalami keterbatasan dalam penyediaan kitab sebagai bahan ajar santri. Salah satu hal yang dapat dilakukan Kanwil adalah dengan memperkenalkan kitab-kitab digital yang telah diproduksi oleh Kementerian Agama.

"Kita telah menyediakan versi digital kitab-kitab muktabar yang biasa digunakan di pesantren-pesantren. Dan itu semua dapat diakses secara gratis. Jadi silakan dimanfaatkan saja," kata Menag dalam keterangan yang didapat Republika.co.id, Ahad (10/2).

Pembelajaran kitab secara digital menurutnya perlu dilakukan oleh pesantren. Dengan cara ini, para santri lebih mudah beradaptasi dengan kecepatan perubahan yang terjadi secara global.

 

"Kita punya 20 Ma'had Aly, dan seluruhnya sudah terbiasa mengakses kitab-kitab digital. Saya harap ppesantren-pesantren tradisional kita juga mulai seperti itu," ujarnya.

Tak hanya santri, para ustaz maupun kiai di pesantren diharapkan juga dapat mengadaptasi hal tersebut. Ia pun menyontohkan perihal KH Ahmad Mustofa Bisri. Menag menyebut sosoknya adalah salah satu kiai besar yang telah memanfaatkan teknologi dengan baik. Sejak enam atau tujuh tahun lalu, ia sudah mulai mengajar kitab menggunakan gadget miliknya.

Di samping itu, Menag juga meminta ada forum-forum yang dapat didesain guna merangsang pengetahuan santri terhadap kitab kuning. Ia juga mendorong Kanwil untuk melaksanakan Bahtsul Masail untuk menjawab permasalahan kekinian.

Hal ini dapat mendorong kaum santri untuk melakukan kajian kitab-kitab kuning. "Ini bisa menjadi terobosan bagi kanwil sekaligus merangsang kaum santri untuk melihat secara objektif, nalar, tapi juga melihat dengan cara ilmiah," ucap Menag. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement