Kamis 07 Feb 2019 11:47 WIB

Begini Cara Agar Milenial Tertarik Aktif di Masjid

Inovasi pengelola masjid untuk membuat program yang cozy sangat diperlukan.

Rep: Dea Alvi Soraya / Red: Nashih Nashrullah
Seorang pelajar membaca Alquran seusai salat Jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (31/8).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Seorang pelajar membaca Alquran seusai salat Jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (31/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Co-Founder dan Direktur Peace Generation Indonesia, Irfan Amalee, mengatakan banyak hal yang menyebabkan peran masjid semakin tergerus, salah satunya adalah pasifnya upaya dewan kepengurusan masjid (DKM) untuk mengajak generasi milenial mencintai masjid. 

Padahal, menurut Irfan, generasi milenial dapat sangat berpotensi kenaikan kembali kualitas dan peran masjid, bukan hanya sebagai tempat ibadah melainkan juga pusat peradaban. 

Menurut dia, DKM seharusnya dapat membungkus konten dengan lebih menarik agar mampu menarik minat para milenial untuk rajin ke masjid. Upaya yang dapat dilakukan, kata Irfan, bisa dimulai dari perancangan program yang lebih santai dan cocok untuk anak muda, atau dengan penataan masjid yang lebih nyaman dan cozy. 

Dia menilai, melalui pendekatan baru terhadap masjid ini, minat generasi milenial untuk rajin ke masjid akan lebih besar. 

“Jadi bagaimana masjid menjadi magnet, bukan hanya sebagai tempat ibadah tapi juga sebagai tempat nongkrong yang positif,” kata Irfan sembari menambahkan, ” Ini bedanya cara berfikir generasi kolonial dan generasi milenial.” 

Dia mengatakan, kekakuan DKM dalam memilih konten, baik ceramah, taklim maupun lainnya juga dapat menjadi alasan enggannya kaum milenial mendatangi masjid. 

Kaum milenial, kata Irfan, cenderung menyukai sesuatu yang santai namun berbobot, terbuka dan tidak kaku. Sikap inilah, yang menurut Irfan perlu diterapkan oleh para DKM. 

“Cara berfikir kita tentang otoritas DKM perlu diubah, karena memang untuk menarik generasi milenial harus menggunakan cara lain. Dan kalau kita tau ilmunya, masjid akan menjadi sumber ekonomi yang sangat efektif,” kata dia. 

Terkait besarnya penyebaran paham radikal di masjid-masjid, cara yang cukup bijak, menurut Irfan, adalah bukan dengan mengkonter narasi radikalisme, tapi mengubah masjid menjadi tempat diskusi yang asik agar sesuai dengan sikap para milenial.

“Jadi bisa dengan mengajak milenial bekerja produktif di masjid, dan masjid dapat menarik minat untuk dikunjungi dan menjadi rumah dari ide-ide cemerlang yang terlahir disana,” ujar Irfan dalam peluncuran buku berjudul Masjid di Era Milenial: Arah Baru Literasi Keagamaan oleh Center of The Study of Religion and Culture Universitas Islam Negeri (CSRC UIN) di Jakarta, Rabu (7/2).

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement