Kamis 31 Jan 2019 23:44 WIB

Presiden Dorong RUU Pesantren Segera Rampung

UU Pesantren sebagai upaya untuk memberikan payung hukum bagi pesantren.

Peringatan Hari Lahir PBNU. Presiden Joko WIdodo (tengah) bersama pegurus pusat PBNU menghadiri Peringatan Harlah ke-93 PBNU di Balai Sidang Jakarta, Kamis (31/1/2019).
Foto: Republika/Wihdan
Peringatan Hari Lahir PBNU. Presiden Joko WIdodo (tengah) bersama pegurus pusat PBNU menghadiri Peringatan Harlah ke-93 PBNU di Balai Sidang Jakarta, Kamis (31/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan Pemerintah terus mendorong Rancangan Undang-Undang (RUU) Pondok Pesantren dapat segera rampung dan disahkan menjadi UU. 

Pernyataan tersebut disampaikan di depan jajaran pengurus Nahdlatul Ulama dari berbagai wilayah dalam peresmian pembukaan Konsolidasi Jelang Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU) dalam rangka Harlah ke-93 NU di Plenary Hall Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Kamis (31/1).

"Pemerintah terus mendorong agar Rancangan Undang-Undang Pondok Pesantren bisa segera diselesaikan," kata Presiden.  

Jokowi menegaskan hal itu penting agar ada payung hukum yang jelas baik mengenai anggaran untuk pondok pesantren maupun hal lain yang terkait dengan pendidikan di wilayah pondok pesantren.

Menurut dia, pengembangan SDM di pondok pesantren merupakan satu hal yang harus diperhatikan karena Indonesia akan menghadapi masa depan yang penuh persaingan.

"Kita akan menghadapi sebuah masa depan yang penuh persaingan antarnegara yang semakin ketat yang tanpa persiapan SDM yang baik sangatlah sulit bagi kita untuk bersaing dan berkompetisi dengan negara lain," kata Presiden.

Oleh karena itu, dia menginginkan agar generasi muda di Tanah Air khususnya di pondok pesantren harus dipastikan memiliki keahlian.

Selain itu generasi muda juga diharapkannya memiliki sikap yang mampu membawa bangsa Indonesia ke era yang berkemajuan.

Pada kesempatan yang sama dia juga mengucapkan selamat hari lahir ke-93 kepada NU.

Presiden menyinggung Revolusi Industri 4.0 yang serba cepat termasuk keterbukaan sosial media yang bermanfaat sekaligus memiliki mudharat yang menyertainya.

Oleh karena itu, dia berpesan kepada warna NU agar menggunakan sosial media dengan bijak bukan untuk ajang saling hina, cela, ejek, atau fitnah.

Dia ingin agar masyarakat tidak melupakan nilai-nilai keagamaan, etika, budi pekerti, tata krama, dan sopan santun sebagai komitmen tentang ke-Indonesiaan.

"Saya menitipkan karena saya meyakini NU-lah yang memiliki komitmen keagamaan sekaligus kebangsaan yang tidak perlu diragukan lagi," katanya.

Hadir dalam acara itu Rais Aam PBNU Miftahul Akhyar, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj, serta sejumlah Menteri Kabinet Kerja di antaranya Menkopolhukam Wiranto, Menteri Agama Lukman Haki Saifuddin, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi. 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement