Kamis 24 Jan 2019 12:23 WIB

Guru Besar UINSA: Masuk Prodi Agama, Mau Jadi Apa?

Masa depan terutama dibidang karier dunia kerja pun menjadi alasan minimnya peminat.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Friska Yolanda
Dua mahasiswa UIN
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Dua mahasiswa UIN

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru besar UIN Sunan Ampel, Prof Abd A'la menilai program studi (prodi) keagamaan di Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) sudah cukup baik. Menurutnya minat calon mahasiswa mengambil prodi keagamaan pun mengalami kenaikan setiap tahunnya. Meski dalam segi jumlah mahasiswa, prodi keagamaan masih sedikit dibanding dengan prodi lainnya.  

“Kalau dibandingkan dengan prodi umum memang, tetapi kita lihat trennya apa ada penurunan atau tidak dari tahun ke tahun. Saya lihat Tafsir hadits dulu hanya beberapa orang  sekarang udah beberapa kelas,” kata A'la yang juga mantan Rektor UIN Sunan Ampel kepada Republika.co.id Kamis (24/1). 

Bahkan, prodi keagamaan seperti ekonomi syariah di UIN Sunan Ampel, kata A'la, bahkan sempat jadi primadona sebagai salah satu prodi dengan jumlah mahasiswa terbanyak pada 2017 disusul dengan pendidikan dan Bahasa Arab. Meski diakuinya prodi Keagamaan seperti tafsir hadits dan filsafat menjadi prodi yang sedikit peminatnya. Masa depan terutama dibidang karier dunia kerja pun menjadi alasannya. 

“(Prodi keagamaan) tidak terlalu banyak memang, karena mungkin ada mereka beranggapan mau jadi apa? Sebenarnya dari prodi agama ini harus dijelaskan bahwa selain menjadi ahli agama juga menciptakan kreativitas, inovasi dan sebagainya. Sehingga jangan takut mengambil prodi agama,” katanya. 

 

A'la berpendapat PTKIN dan prodi keagamaan harus lebih getol mengkampanyekan tentang keunggulannya. Menurut A'la, PTKIN juga harus mampu mendorong mahasiswa-mahasiswa terutama di prodi-prodi keagamaan untuk melahirkan kreativitas dan inovasi yang membuat lulusannya bisa menciptakan lapangan kerja sendiri. 

Selain dengan beasiswa, menurut A'la untuk mendorong prodi keagamaan lebih maju perlu lebih dikembangkan kerjasama dengan perusahaan dan lembaga. Dengan begitu lulusan prodi agama pun tak perlu khawatir pasca lulus dari bangku kuliah. 

“Kerja sama dengan lembaga-lembaga yang memerlukan bidang keahlian tertentu ini yang perlu dikembangkan. Jadi kita tak bisa mengikuti hukum kapitalis karena mahasiswanya sedikit kemudian ditutup,” katanya.

Sebelumnya Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin mempertanyakan kepada Panitia SPAN-PTKIN mengenai sepinya peminat calon mahasiswa baru di Program Studi (Prodi) Islam seperti Prodi Ilmu Hadits, Prodi Perbandingan Agama dan Prodi Filsafat Agama. Menurut menag, situasi tersebut tentu ada karena faktor adanya persepsi tertentu di kalangan generasi muda, bahwa prodi sepeti itu kurang memberikan harapan ke depan. Untuk itu, Lukman meminta kepada panitia SPAN-PTKIN untuk mengkaji mengenai penyebab sepinya peminat calon mahasiswa mengambil program studi keagamaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement