Ahad 06 Jan 2019 19:10 WIB

Agar Perjalanan Bernilai Ibadah

Bepergian menjadi aktivitas yang tidak bisa dipisahkan dari manusia.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Agung Sasongko
Dua wisatawan lokal menyusuri jalur pendakian Gunung Anak Krakatau (GAK),Taman Nasional Krakatau, Bandar Lampung (ilustrasi).
Foto: ANTARA
Dua wisatawan lokal menyusuri jalur pendakian Gunung Anak Krakatau (GAK),Taman Nasional Krakatau, Bandar Lampung (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bepergian menjadi aktivitas yang tidak bisa dipisahkan dari manusia. Apalagi, kini semakin banyak orang yang memiliki hobi traveling atau melakukan perjalanan ke daerah lain untuk sekadar berwisata maupun menimba ilmu.

Wakil Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah, KH Ma'rifat Iman, menyebut, sebuah perjalanan yang dituju kan untuk kegiatan ibadah, menuntut ilmu, atau silaturahim ini dinilai sunah oleh Nabi Muhammad SAW. Perjalanan yang memiliki nilai ibadah dan mendatangkan man faat baginya dan orang-orang di sekitarnya menjadi nilai tambah di mata Allah SWT.

Jika perjalanan ini hanya sekadar untuk berwisata dan rekreasi tanpa ada nilai nya, perjalanan tersebut akan menjadi siasia. Perjalanan jenis ini boleh dan sah dilakukan, tetapi tidak mendapat pahala. Dia mencontohkan, orang-orang dahulu berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menuntut ilmu dan mencari guru.

"Zaman dulu kan tidak ada pendidikan formal. Jadi, dia pergi ke tempat lain, sam pai dia puas mencari ilmu, baru pindah lagi ke tempat lain. Makanya, zaman dulu satu orang bisa banyak gurunya," ujar Kiai Ma'rifat Iman kepada Republika.co.id, belum lama ini.

Dia pun menjelaskan, traveling ke beragam destinasi di dunia, termasuk Eropa, bisa digunakan untuk menambah ilmu tentang sejarah Islam. Eropa memiliki banyak nilai Islam.

Di benua itu dahulu tersebar banyak sekali tokoh-tokoh Islam yang menyebarkan agama Islam. Eropa kaya akan sejarah dan cerita mengenai perkembangan peradaban Islam. Bahkan, banyak yang menyebut Islam lahir di Arab, tapi besar di Eropa.

Beberapa nilai-nilai Islam bahkan banyak dicontohkan dari kebudayaan dan kebiasaan di Eropa. "Ada banyak nilai-nilai Islam di Eropa, contohnya, perihal kebersihan dan kedisiplinannya. Nilai-nilai ini di Arab sendiri tidak ada, adanya di Eropa itu," lanjut dia.

Menurut dia, agar perjalanan bisa tetap bermakna ibadah, para pelancong mesti mem buat sebuah catatan perjalanan. Catatan ini bisa tentang hal-hal baik yang bi sa ditiru, ilmu-ilmu yang didapat, serta ke kurangan yang bisa dikoreksi.

Dengan memiliki catatan itu dan disebarkan kepada saudara-saudaranya yang lain, pelancong ini sudah menyebarkan ilmu. Ada banyak pelajaran dan manfaat yang bisa dipetik dari perjalanannya.

"Traveling ini bukan hanya menikmati sendiri, tapi keindahan ini disebarkan juga ke orang lain. Niat ke baikan ini harus tetap dijaga," ujarnya.

Ia pun mengingatkan kepada umat Islam yang sedang melakukan perjalanan untuk tidak lengah dalam menjalankan ibadah. Saat ini agama Islam di Eropa telah berkembang dan tidak susah lagi dalam menemukan masjid.

Karena itu, ibadah tetap bisa berjalan tanpa perlu merasa khawatir. Perkembangan teknologi yang ada saat ini sangat membantu dalam mene mukan masjid atau tempat ibadah lain nya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement