Sabtu 08 Dec 2018 18:05 WIB

Kesan Tokoh al-Azhar Mesir Ihwal Toleransi di Indonesia

Islam adalah risalah yang senantiasa mengajarkan toleransi antaragama.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nashih Nashrullah
Rakernas II Mathlaúl Anwar
Foto: Republika/ Dedy Darmawan Nasution
Rakernas II Mathlaúl Anwar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Isu toleransi keagamaan di Indonesia terus menjadi perbincangan berbagai diskusi di tengah masyarakat. Menjelang tahun politik 2019, ihwal toleransi pun kerap kali bersinggungan dengan perbedaan pendapat dalam pilihan politik. 

Bagaimanakah kesan ulama mancanegara terkait dengan toleransi di Indonesia. Syeikh 'Ashim Ahmad Ghazi Mus'al, cendekiawan Muslim dari Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir mengatakan, ia sudah tinggal di Indonesia sekitar tiga tahun. 

Selama tinggal di Indonesia, dirinya mengaku bahwa Indonesia adalah sebuah bangsa yang baik. Budaya masyarakat Indonesia pun mengajarkan toleransi antarsesama. 

Dia berharap, Indonesia ke depan terus menjadi bangsa yang aman dari segala ancaman konflik di tengah masyarakat. "Saya merasakan bahwa ada toleransi di sini," tutur dia saat ditemui Republika.co.id, usai Pembukaan Rakernas II Mathla'ul Anwar di Jakarta, Sabtu (8/12). 

Lebih lanjut, dia mengatakan, umat Islam sudah seyogianya mampu menjaga toleransi antarumat beragama. Sebagai rahmat bagi semesta alam, Allah SMT telah menurunkan Rasulullah SAW untuk mengajarkan umat Islam agar hidup berdampingan dengan rukun. 

"Islam adalah risalah yang senantiasa mengajarkan toleransi antaragama-agama yang lain dan selalu mengajarkan kedamaian, itulah inti dari ajaran Rasulullah SAW," ujar Syeikh A'shim

Dia menjelaskan, pelajaran penting tentang toleransi ditunjukkan oleh Rasul ketika awal mula hijrah ke Madinah hingga terbentuknya sebuah negara. 

Saat membangun Madinah, kata Syeikh 'Ashim, Rasul mengajarkan kepada kamu muhajirin dan anshor agar tetap hidup berdampingan bagi mereka yang berkeyakinan lain. 

Mereka yang tak mengikuti ajaran Islam tidak boleh mendapatkan kekerasan dan intimidasi dari umat Islam. "Pada saat itu, Rasul benar-benar mengajarkan bagaimana sesungguhnya agar suatu kelompok bisa hidup berdampingan dengan kelompok yang lain," tutur dia. 

Dalam Alquran disebutkan, Allah mengutus Nabi Muhammad SAW untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. Dari kalimat itu bisa dipahami bahwa Rasulullah SAW sebagai simbol agama Islam dijadikan oleh Allah sebagai rahmat bagi seluruh manusia. Tanpa memandang latar belakang agama. 

"Pada dasarnya, Islam adalah kerja sama, toleransi, dan mengajarkan kedamaian antarsesama," kata dia. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement