Kamis 29 Nov 2018 15:38 WIB

PBNU: Reuni 212 Jangan Rusak Ukhuwah Wathaniyah & Insaniyah

Robikin beranggapan sah saja jika reuni 212 bertujuan sebagai ajang silaturahim.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Ratna Puspita
Aksi Persaudaraan Alumni 212
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Aksi Persaudaraan Alumni 212

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) Robikin Emhas berharap ajang silaturahim Reuni 212 tidak merusak ukhuwah wathaniyah dan insaniyah. Persaudaraan Alumni 212 akan menggelar aksi reuni di Monas, Jakarta, 2 Desember mendatang.

“Jangan sampai niat baik mempererat silaturahim, meningkatkan ukhuwah islamiyah dalam forum Reuni 212 justru merusak ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah insaniyah,” kata dia dalam keterangan tertulis, Kamis (29/11).

Baca Juga

Robikin beranggapan jika kegiatan reuni 212 bertujuan sebagai ajang silaturahim maka sah-sah saja. Sebab, hal itu bagian dari upaya mempererat persaudaraan di antara sesama umat Islam (ukhuwah islamiyah).

“Tentu hal itu harus dilakukan dengan tetap menjujung tinggi adab dan tata cara bersilaturahim,” ujar dia.

Karena itu, Robikin berharap peserta menjaga ucapan, tindakan, dan ketertiban. Serta, jangan mengungkapkan kalimat yang dapat dimaknai sebagai ujaran kebencian atau adu domba.

Dia mengatakan upaya memperkokoh ukhuwah islamiyah tidak boleh diciderai dengan melakukn tindakan-tindakan yang berpotensi merusak harmoni sosial sebagai sesama warga negara (ukhuwah wathaniyah), maupun warga dunia sebagai sesama anak manusia (ukhuwah insaniyah).

“Tiga matra persaudaraan (ukhuwah) tersebut harus berada dalam satu tarikan nafas. Tidak boleh dipilah dan hanya diambil salah satunya,” kata Robikin.

Dia berharap tidak terjadi politisasi agama dalam kegiatan Reuni 212. Dia mengajak, menjadikan agama sebagai inspirasi, bukan aspirasi dalam bingkai NKRI. Dia mengajak menjadikan agama untuk pemuliaan harkat dan martabat kemanusiaan.

Khususnya, untuk meningkatkan etos kerja dan daya saing sebagai bangsa, serta mempertinggi peradaban dunia. “Bukan menempatkan agama sebagai alat meraih suara dalam politik elektoral,” ujar Robikin. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement