Rabu 14 Nov 2018 03:07 WIB

Warga Donggala Sulteng Sambut Pembangunan Rumah Tahfizh

Keberadaan sarana tersebut dapat membantu pendidikan anak-anak

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Esthi Maharani
Askar Kauny membangun rumah tahfizh darurat di Desa Lende Tovea Kecamatan Sirenje Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah yang terdampak gempa bumi Selasa (13/11).
Foto: Republika/Riga Nurul Iman
Askar Kauny membangun rumah tahfizh darurat di Desa Lende Tovea Kecamatan Sirenje Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah yang terdampak gempa bumi Selasa (13/11).

REPUBLIKA.CO.ID,  DONGGALA--Warga yang menjadi korban bencana di Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah (Sulteng) menyambut positif pembangunan rumah tahfizh darurat di wilayahnya. Keberadaan sarana tersebut dapat membantu pendidikan anak-anak khususnya dalam bidang pendidikan agama.

Pembangunan rumah tahfizh darurat tersebut dilakukan oleh Askar Kauny di Desa Lende Tovea, Kecamatan Sirenje Kabupaten Donggala, Sulteng. Selain membangun rumah tahfizh, Askar Kauny juga mengirimkan relawan guru ngaji di Donggala dan Palu

'' Kami sangat menyambut positif adanya rumah tahfizh darurat di Desa Lende Tovea,'' ujar Kepala Desa Lende Tovea Rahman L kepada Republika Selasa (13/11). Sarana ini dinilai penting dalam membantu meningkatkan wawasan dan pengetahuan anak-anak mengenai agama Islam.

Khususnya lanjut Rahman dalam membiasakan diri untuk menghapal Alquran. Dari pantauannya animo anak-anak yang ingin belajar dan menghapal Alquran cukup tinggi.

Hal ini ditunjukkan misalnya ketika ketua Yayasan Askar Kauny Bobby Herwibowo mengunjungi lokasi pembangunam rumah tahfizh di Desa Lende Tovea Selasa (13/11). Di mana anak-anak antusias membaca hafalan Alquran di depan tamu undangan.

Menurut Rahman, meskipun sebaguan besar rumah warga di desanya terkena dampak bencana namun anak-anak tetap antusias belajar baik di sekolah maupun agama. Ia mengatakan rumah warga di desanya yang mengalami kerusakan mencapai sebanyak 339 unit dan delapan rumah diantaranya hanyut terbawa air laut yang pasang.

Selain itu ada delapan orang warganya yang meninggal dunia akibat bencana. Rinciannya sebanyak enam orang pada saat kejadian dan dua lainnya pada saat di lokasi pengungsian.

Ketua Yayasan Askar Kauny Bobby Herwibowo mengatakan, masa transisi pascabencana adalah waktu paling kritis dan tempat untuk menghilangkan ketakutan masyarakat. Oleh karena itu Askar Kauny akan membersamai para korban bencana dengan cara membangun rumah-rumah tahfizh dan mengirimkan guru ngaji untuk membantu proses pemulihan trauma melalui pendekatan dengan Alquran (Quranic Healing) di lokasi terdampak bencana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement