Senin 12 Nov 2018 18:24 WIB

Solusi Mengatasi Depresi

Sabar dan iman obat penawar utama membentengi diri dari depresi.

Takwa (ilustrasi).
Foto: blog.science.gc.ca
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Prof Ahmad at-Talawy dalam makalahnya yang berjudul “Kaifa 'Alajal Islam Musykilat al-Faragh ar-Ruhi” menyatakan, depresi yang menimpa seseroang tak jarang berujung pada aksi bunuh diri. Ini sangat disayangkan. Fenomana itu banyak muncul di negara-negara yang minim nilai.

Di negara-negara Islam, tertutama, tingkat depresi yang berakhir pada tindakan penghilangan nyawa sendiri lebih sedikit di banding negara-negara Barat, misalnya. Ini karena solusi yang ditawarkan bersifat transendental, bersumber dari Allah SWT. Sementara, penawar yang digunakan untuk mengatasi gangguan jiwa di luar sana tak memiliki ruh dan spirit yang kuat. Bahkan, nihil hakikat.

Secara garis besar, ia menyatakan, obat penawar utama membentengi diri dan menyelesaikan masalah depresi ialah kembali kepada sabar dan iman. Seorang Muslim mendapatkan siraman iman mulai dari rahim hingga ia dewasa. Bekal ini menekankan kepadanya untuk selalu bersabar atas ujian yang diterima.

Seberat apa pun masalah yang dihadapi, ia yakin bahwa kehidupan di dunia ini ialah fana. Tidak akan kekal. Bagi Muslim, akhiratlah kehidupan yang sesungguhnya. “Katakanlah: Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.” (QS an-Nisaa [4] :77).

Keimanan itu akan menekan segela rasa takut, cemas, dan galau. Dan, iman itu pula yang membantunya lebih siap menatap dunia. Iman menjadikan problem yang berat akan terasa ringan. Bahkan, tak ada beban yang berarti. Iman akan mendatangkan sabar.

Ia akan semakin rajin menyusuri makna di balik tiap ibadah, shalat, misalnya. Ibadah apa pun, pada hahikatnya menyimpan pesan. Tak sekadar ritual biasa. Ibadah dalam Islam adalah sistem nilai dan akhlak yang integral. Sebuah sistem yang berupaya mencetak insan andal, insan kamil.

Penawar selanjutnya, imbuh Prof at-Talawy ialah membaca, mentadaburi, dan mengamalkan Alquran. Hakikat keutamaan Alquran ialah sebagai obat bagi penyakit jiwa. Dalami, resapi, dan ambil makna yang disampaikan Alquran.

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS Yunus [10]: 57).

At-Talawy mengingatkan, di samping pesan-pesan agung yang tersimpan dalam Alquran, hadis Rasulullah SAW juga menyimpan segudang mutiara hikmah. Kesemuanya berisikan petuah bijak yang menaklukkan dan membersihkan hati.    

Suatu saat, Rasul pernah bertanya kepada Haritsah bin Wahab, bagaimanakah sahabat itu melalui harinya. Haritsah menjawab, “Pagi ini, saya menjadi mukmin.”

Rasul mengujinya dan mengatakan bahwa segala sesuatu ada tanda-tandanya. “Apa bukti keimananmu,” kata Nabi. Haritsah menjawab, ia telah manjauhi dunia. Ia cukupkan siang hari dan menghidupkan malam. “Aku benar-benar melihat Arsy Tuhanku,” katanya.

Rasul pula, kata at-Talawy, pernah mengajarkan kepaada para sahabat tentang pentingnya berperilaku dengan iman. Ini terlihat dari hadis riwayat ad-Dailamy dari Ummu Salamah. “Jika Allah mencinta seorang hamba, ia akan menjadikan baginya penasihat dari jiwanya dan pencegah dari kalbunya. Ada kalanya mencegah dan melarang.”

sumber : Dialog Jumat Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement