Jumat 05 Oct 2018 17:31 WIB

Alasan Ustaz Abdul Somad tak Jawab Celaan di Medsos

Ustaz Abdul Somad perdana berceramah di Tasikmalaya.

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Ani Nursalikah
UAS saat mengawali tabligh akbar yang digelar di Lapangan Jamilega, Desa Tanjung Kerta, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Jumat (5/10).
Foto: Republika/Erik Iskandarsjah Z
UAS saat mengawali tabligh akbar yang digelar di Lapangan Jamilega, Desa Tanjung Kerta, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Jumat (5/10).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Tasikmalaya dikenal sebagai kota santri, mengingat banyaknya pesantren yang berdiri di wilayah itu. Kali ini, Ustaz Abdul Somad (UAS) berkesempatan mengunjungi Tasikmalaya.

Dalam kegiatan tabligh akbar yang digelar oleh Radio Inayah tersebut, UAS mengaku baru pertama kali ceramah di Tasikmalaya. “Di Jawa Barat, baru kali ini saya ceramah di luar Kota Bandung,” kata UAS saat mengawali tabligh akbar yang digelar di Lapangan Jamilega, Desa Tanjung Kerta, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Jumat (5/10).

Ia pun mengaku bangga dengan jamaah yang hadir dalam kegiatan itu. Mayoritas yang hadir adalah generasi muda padahal kegiatan itu digelar siang hari di tengah lapangan yang bermandikan teriknya sinar matahari.

Dalam kesempatan itu, ia tak banyak memaparkan materi. Ia hanya fokus menjawab pertanyaan dari jamaah yang telah disampaikan kepada UAS melalui secarik kertas.

Dari sejumlah pertanyaan jamaah, terdapat jamaah yang menanyakan penyebab mengapa UAS jarang merespons kolom komentar di media sosial (medsos). Padahal, dalam kolom komentar tak sedikit yang menyampaikan caci maki kepada UAS.

“Saya tidak akan membalas cacian. Karena caci maki harus dimaafkan. Kita harus menyayangi orang yang membenci kita,” ujarnya.

Pada sesi berikutnya, ia menjawab pertanyaan terkait sikapnya terhadap adanya tindakan suap-menyuap dalam seleksi pegawai negeri sipil (PNS). Menjawab pertanyaan itu, ia pun secara tegas melaknat setiap oknum yang terlibat dalam suap.

“Jika ternyata ada PNS yang berhasil lolos seleksi, maka otomatis gaji yang ia terima merupakan gaji yang sifatnya haram,” kata dia.

UAS pun menghimbau agar masyarakat tak terjerumus dalam lingkaran suap-menyuap. Ia menekankan sumber rezeki halal itu tak terbatas. UAS berpesan agar masyarakat jangan menutup pintu rezeki yang halal dengan melakukan perbuatan haram.

Di satu sisi, ia juga menyampaikan PNS tidak selamanya menjanjikan kebahagiaan. UAS mengaku memiliki teman yang memutuskan berhenti menjadi PNS dan memilih mendirikan usaha.

“Kini, teman saya itu dapat hidup dengan jauh lebih sejahtera,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement