Kamis 04 Oct 2018 17:03 WIB

Masuk Surga Berkat Utang

Kisah ini menegaskan kepada kita luasnya rahmat Allah.

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Utang
Foto: ringling libguides
Utang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Siapkan bekal terbaik Anda menghadapi kematian, apa pun dan seberapa pun besar amalan itu. Allah SWT telah memberitahukan kepada manusia melalui firman-Nya ketika kematian mendatangi seorang hamba dan ajalnya telah tiba, malaikat mendatanginya.

Jika dia adalah orang yang beriman, malaikat memberinya berita gembira. Jika dia adalah orang kafir, malaikat bertanya kepadanya, mencelanya, menyiksanya, dan menyampaikan neraka.

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, `Tuhan kami ialah Allah', kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan), `Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu. (QS Fushshilat: 30).

Allah berfirman tentang orang-orang kafir para pendosa ketika ajal menjemput, Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya, 'Dalam keadaan bagaimana kamu ini?'

Mereka menjawab, `Adalah kami orang- orang yang tertindas di negeri (Makkah).' Para malaikat berkata, `Bukankah bumi Allah itu luas sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?' Orang-orang itu tempatnya neraka Jahannam dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. (QS an-Nisa: 97)

Kisah berikut ini menceritakan nasib seorang saleh dari kalangan Bani Israil yang diselamatkan dari siksa kubur dan siksa api neraka berkat membebaskan utang. Riwayat tentang kisah ini disebutkan Imam Bukhari dalam kitab Shahih-nya dari jalur Abu Hurairah.

Alkisah, pria yang sudah meninggal tersebut didatangi malaikat dan disodori sejumlah pertanyaan, terutama amal kebajikan yang pernah dilakukan selama hidup di alam dunia.

Namun, si pria kebingungan saat ditanya amal kebaikannya. Dia tidak menemukan amal kebaikan untuk dirinya. Tidak satu pun amal memba hagiakan yang pernah aku lakukan, ujar dia.

Malaikat memintanya kembali meng ingat-ingat amal apa saja yang bisa dia banggakan. Tetap saja, si pria tak mampu menunjukkan amal kebaikan kecuali hanya perniagaan yang menjadi profesinya.

Lalu, si pria bercerita, semasa hidup dia pernah memerintahkan para pegawai yang bekerja padanya supaya menangguhkan orang yang mampu dan memaafkan orang yang tidak mampu. Dia menjelaskan alasannya kepada mereka dan berkata, Semoga Allah SWT memaafkan kita. Allah lantas mengabul kan harapan dan doa si pria.

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW mendoakan mereka yang melakukan hal kebajikan semacam ini. Semoga Allah merahmati seorang hamba yang berlapang dada jika menjual, berlapang dada jika membeli, berlapang dada jika membayar, dan berlapang dada jika menuntut.

Kisah ini juga mengajarkan kepada kita tentang keutamaan memberi tempo kepada orang yang mampu dan memaaf kan orang yang tidak mampu. Pela kunya yang ikhlas mendapatkan janji maaf dari Allah pada saat bertemu dengan-Nya.

Demikian pula, kisah ini menegaskan kepada kita luasnya rahmat Allah. Hanya dengan amal yang sedikit, seorang hamba bisa mendapatkan pahala besar. Laki-laki ini diampuni dan dimaafkan Allah hanya dengan amalan yang kecil.

Seorang hamba mukmin tidak dikafirkan hanya karena dia melakukan dosa besar. Laki-laki ini tidak melakukan kebaikan kecuali amal ini. Dia meninggalkan kewajiban-kewajiban, tapi Allah mengampuni dan memaafkannya berkat rahmat-Nya yang luas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement