Jumat 07 Sep 2018 13:21 WIB

Muhasabah di Tahun Baru Hijriah

Sebaiknya perayaan Muharram dirayakan sesuai ajaran Islam.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Agung Sasongko
Suasana di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, dalam acara Pengajian Akbar Dewan Masjid Indonesia bertajuk Persatuan Umat Islam untuk Kemaslahatan Bangsa, Rabu (25/7) pagi.
Foto: Republika/Farah Nabila Noersativa
Suasana di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, dalam acara Pengajian Akbar Dewan Masjid Indonesia bertajuk Persatuan Umat Islam untuk Kemaslahatan Bangsa, Rabu (25/7) pagi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Bidang Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis mengungkapkan penyebab tenggelamnya tahun baru Hijriah dari tahun Masehi. Menurut dia, hal tersebut karena umat Islam jarang menggunakan kalender Hijriah dalam aktivitas sehari-hari.

Dia mencontohkan, dunia kerja lebih menggunakan kalendar Masehi, termasuk Lebaran Idul Fitri dan Idul Adha. Kiai Cholil berharap minimal umat Islam menggunakan kalendar Hijri yah yang berkaitan dengan aktivitas keagamaan sehingga tahun baru Hijriah tak kalah dari tahun baru Masehi.

Baca: Momentum Syiar Islam di Tahun Baru Hijriah

Pada bulan Muharram, kata Kiai Cholil, ada banyak amalan yang bisa dilakukan oleh umat Islam. Namun, yang lebih penting adalah muhasabah. Perbuatan yang telah dilakukan agar dievaluasi efektivitas dan kualitasnya.

"Kita merencanakan untuk capaian atau resolusi yang hendak dicapai akan datang," kata Kiai Cholil.

Baca Juga: Muharram Awal Kebangkitan Islam

Kendati demikian, kehendak masa akan datang tersebut harus berhubungan dengan perjuangan dalam rangkan mendekatkan diri kepada Allah dan meneruskan misi kenabian. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement