Senin 06 Aug 2018 14:34 WIB

Kemenag Gelar Shalat Gaib untuk Korban Gempa di Lombok

Menag mengimbau penduduk lebih mengedepankan empati terhadap korban gempa NTB.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Agung Sasongko
Kementerian Agama RI menggelar shalat ghaib di Mushala Al-Munawar, Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Senin (6/8). Shalat ghaib diikuti Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan segenap ASN Kemenag.
Foto: Dok Kemenag RI
Kementerian Agama RI menggelar shalat ghaib di Mushala Al-Munawar, Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Senin (6/8). Shalat ghaib diikuti Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan segenap ASN Kemenag.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama menggelar shalat ghaib untuk mendoakan korban gempa Nusa Tenggara Barat, di Mushala Al-Munawar Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Senin (6/8). Menteri Lukman menyampaikan shalat ghaib ini untuk mendoakan semua korban gempa baik yang meninggal maupun selamat.

Shalat diniatkan agar korban meninggal mendapatkan tempat terbaik dan diampuni segala kesalahannya oleh Allah SWT. "Bagi korban luka semoga bisa pulih kembali, sehat seperti sedia kala, yang menderita karena rumah dan lingkungannya rusak sehingga harus tinggal di penampungan darurat semoga mereka mendapatkan kesabaran dan ketabahan atas kondisi yang mereka alami," kata Lukman.

photo
Kementerian Agama RI menggelar shalat ghaib di Mushala Al-Munawar, Kementerian Agama, Jakarta Pusat, Senin (6/8). Shalat ghaib diikuti Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin dan segenap ASN Kemenag.

Menag telah menginstruksikan agar seluruh Kantor Wilayah Departemen Agama melakukan pendataan atas segala kerusakan. Pendataan mencakup korban ASN Kemenag, properti seperti Kantor Wilayah, Madrasah, Sekolah, KUA dan lainnya.

Ia juga mengimbau agar semua pihak bahu membahu dalam membantu korban pascabencana. Bantuan dapat berupa penggalangan dana maupun bantuan secara fisik dan tenaga. Lukman mengatakan penduduk harus mengedepankan empati daripada menghakimi.

 

Sebelum shalat, Menag mengimbau penduduk lebih mengedepankan empati terhadap korban gempa NTB. Ia menilai ini bukan sebagai azab melainkan cara Allah untuk mempersatukan masyarakat Indonesia ditengah keberagamannya.

Meski ia tidak menapik bahwa ada bencana yang merupakan azab Allah karena tertulis dalam Alquran contohnya yang terjadi pada kaum Nabi Luth. Lukman menilai bencana NTB bukan azab melainkan cara Allah SWT untuk mempersatukan masyarakat Indonesia ditengah keberagamannya.

Ia mengajak agar tidak ada yang menganggap bencana alam ini seolah-olah sebagai azab. "Karena mereka adalah saudara-saudara kita, dan kita meyakini bahwa ini bukanlah azab dari Allah SWT," kata Lukman di Jakarta, Senin (6/8).

Ia mengingatkan bahwa saat ini para korban lebih membutuhkan empati dan bantuan daripada penghakiman yang akan membuat mereka lebih sakit. Apapun bantuannya baik ringan maupun besar, Lukman mengajak penduduk untuk minimal melantunkan doa.

Ia juga menyampaikan semua pihak perlu meningkatkan kesadaran bahwa ini semua adalah takdir Allah SWT yang membawa banyak hikmah. Bencana gempa tersebut adalah cara untuk lebih menyatukan bangsa Indonesia dan bersama memberikan bantuan pada saudara-saudara setanah air yang menjadi korban

"Bagi korban, ini adalah cara untuk meningkatkan kesabarannya, ketabahannya dalam menerima takdir Allah, mungkin ini adalah sesuatu yang Allah berikan sebagai bentuk kasih sayangNya," katanya.

Lukman berharap hikmah-hikmah ini lebih dipahami oleh semua pihak. Hal tersebut juga harus diimbangi oleh peran pemerintah khususnya, dan masyarakat pada umumnya untuk segera proaktif merespons bencana.

Gempa bumi berkekuatan 7,0 SR mengguncang Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) pukul 18.48 WIB, Ahad (5/8). Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), pusat gempa bumi terletak pada 8,37 LS dan 116,48 BT, tepatnya kedalaman 15 km.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement