Jumat 04 May 2018 16:27 WIB

Imam Masjidil Haram: Nabi Muhammad Tokoh Utama Nasionalisme

Seandainya aku tidak diusir dari Makkah maka aku tidak akan meninggalkan Makkah

Rep: Fuji EP/ Red: Muhammad Hafil
Imam dan Khotib Masjidil Haram Syekh Dr Sholeh bin Abdullah bin Humaid mengunjungi kantor PBNU disambut Ketua Umum PBNU Prof KH Said Aqil Siroj beserta jajaran pengurus PBNU, Jumat (4/5).
Foto: Fuji EP/Republika
Imam dan Khotib Masjidil Haram Syekh Dr Sholeh bin Abdullah bin Humaid mengunjungi kantor PBNU disambut Ketua Umum PBNU Prof KH Said Aqil Siroj beserta jajaran pengurus PBNU, Jumat (4/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam dan Khatib Masjidil Haram Syekh Dr Sholeh bin Abdullah bin Humaid berkunjung ke kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jakarta, Jumat (4/5). Ketua Umum PBNU Prof KH Said Aqil Siradj beserta jajaran pengurus PBNU menyambut kunjungan Syekh Sholeh.

Kiai Said menyampaikan pentingnya nasionalisme dan Islam moderat kepada Syekh Sholeh. Menanggapi hal tersebut Syekh Sholeh mengatakan, Nabi Muhammad SAW adalah tokoh utama nasionalisme.

"Ada hadist nabi, seandainya aku (Nabi Muhammad) tidak diusir dari Makkah maka aku tidak akan meninggalkan Makkah, itu menunjukan nasionalismenya Rasulullah," kata Syekh Sholeh saat berkunjung ke kantor PBNU, Jumat (4/5).

Ia menerangkan, agama dan nasionalisme tidak bertentangan. Nasionalisme juga memiliki hak yang sangat mulia. Selain itu umat Islam diajak menjaga tatanan Islam yang moderat karena tantangan Islam ke depan lebih berat lagi.

Sebelumnya, KH Said menceritakan perjuangan berdirinya Nahdlatul Ulama. Dia juga menceritakan tantangan umat Islam di masa lalu dan akan datang. Salah satu tantangan umat Islam di masa yang akan datang yaitu mulai menyebarnya paham-paham keras.

"(Oleh karena itu) membutuhkan ketekunan para ulama khususnya Nahdlatul Ulama untuk menjaga Islam Indonesia yang rahmatan lil alamin," ujarnya.

Ia menegaskan, kalau para ulama tidak menjaga Islam yang rahmatan lil alamin, maka Indonesia akan berantakan. Oleh karena itu Nahdlatul Ulama sejak tahun 1926 sudah mengatakan bahwa Indonesia adalah negara darussalam, bukan Darul Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement