Jumat 04 May 2018 00:03 WIB

Islam Wasatiyah Diyakini Bendung Radikalisme

Indonesia beruntung karena termasuk negara yang konsep Islam wasatiyahnya kuat.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Azyumardi Azra
Foto: dok Republika
Azyumardi Azra

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Ketua Steering Committee (SC) kegiatan Konsultasi Tingkat Tinggi (KTT) Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia tentang Islam Wasatiyah, Prof Azyumardi Azra meyakini Islam wasatiyah (moderat) akan membendung pemahaman radikalisme atau ekstremisme di berbagai belahan dunia. Karena itu, konsep Islam tengah ini harus terus didialogkan di berbagai belahan dunia.

"Tidak ada alternatif lain untuk membendung ekstremisme dan radikalisme di kalangan kaum mislimin kecuali mereka mengadopsi paradigma dan praktik wasatiyyah Islam," ujar Prof Azyumardi saat ditemui Republika.co.id di sela-sela kegiatan KTT di Hotel Novotel, Bogor, Rabu (2/5).

Dia menuturkan, pemahaman radikalisme memang harus dibendung dan watak Islam wasatiyah yang toleran harus diperkuat lagi. Menurut dia, wasatiyah berarti jalan tengah dan pemahamannya tentang Islam tidak boleh terlalu ke kiri atau pun ke kanan.

"Dan hadist nabi pun kan bilang sebaik-baiknya urusan di tengah-tengah," ucapnya.

 

Prof Azyumardi mengatakan, Indonesia beruntung karena termasuk negara yang konsep Islam wasatiyah memiliki dasar yang kuat, sehingga Indonesia mampu meminimalisir konflik keagamaan. "Nah Indonesia beruntung karena satu-satunya negara Muslim yang Islam wasatiyahnya punya dasar yang kuat. Pertama pada doktrinnya, doktrin Islam yang berkembang di Indonesia bersifat Islam wasatiyah," katanya.

Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menjelaskan, jika dilihat dari segi teologinya, umat Islam di Indonesia menganut paham Asy'ariyah, di mana paham ini berada di tengah-tengah antara telologi Khawarij dan Muktazilah. Kemudian, lanjut dia, dari sisi mazhab yang dianutnya, umat Islam Indonesia juga menganut mazhab Syafiiyah, yang mana mazhab ini berada di tengah-tengah antara Mazhab Zhahiri dan Mazhab Hanafi yang lebih rasional.

"Kemudian yang ketuga doktrinnya adalah tasawuf Imam Al Ghazali, yang itu juga di tengah," katanya.

Para ulama dan cendekiawan dari berbagai dunia membahas tentang Islam wasatiyah selama tiga hari. Kegiatan ini digagas oleh Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Prof Din Syamsuddin.

Kegiatan ini pun mendapat tanggapan positif dari sejumlah ulama dunia yang menjadi peserta. Ulama dari Bosnia, Musthofa Ceric mengatakan, pertemuan yang membahas tentang Islam Wasathiyah tersebut sangat penting di tengah arus modernisme. Karena itu, menurut dia, harus tetap menunjukkan sebagai bangsa yang damai dan rukun.

"Pertemuan ini sangat tepat waktu dan penting di tengah kehidupan modern dan umat Islam Indonesia harus menampilkan keteladan dan membuktikan sebagai bangsa yang damai, rukun, dan bisa bersatu," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement