REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) membangun instalasi sterilisasi air minum di area Masjid An Nur, Distrik Agats, Kabupaten Asmat, Papua. Sebagai tahap awal, instalasi ini dibangun di dua lokasi, di Masjid An Nur yang menjadi pusat posko Tim Krisis Center dan di RSUD Asmat.
Direktur Pendistribusian Zakat Nasional Baznas Mohd Nasir Tajang mengatakan air minum yang diberikan untuk masyarakat ini akan dikembangkan dengan sistem pembayaran murah atau barter dengan sampah plastik kemasan air minum.
Bupati Asmat sangat bergembira dan berharap kasus penyakit akibat konsumsi air tidak bersih akan berkurang dan kesehatan masyarakat akan meningkat, tutur Nasir dalam keterangan tulis yang diterima Republika.co.id, Jakarta, Rabu (14/3).
Acara ini yang dihadiri unsur muspida, pemuka agama dan tokoh masyarakat setempat ini diharapkan Distrik Agats akan berkembang menjadi kota yang bersih dan indah. Bagi pasien yang dirawat di RSUD akan diberikan secara gratis. Pada kesempatan sama Direktur Rumah Sehat BAZNAS Indonesia (RSBI) Meizi Fachrizal Achmad, MSi, selaku ketua Tim Kriris Center BAZNAS menjelaskan salah satu masalah terbesar pada masyarakat di Kabupaten Asmat adalah sulitnya mendapatkan air bersih.
"Hingga saat ini seluruh masyarakat masih mengandalkan sepenuhnya dari air hujan yang ditampung ke dalam tanur," kata Fachri yang mengepalai enam Rumah Sehat Baznas (RSB) yang terdapat di beberapa provinsi di Indonesia.
Kondisi ini mengakibatkan banyaknya kasus penyakit yang disebabkan kekurangan air bersih, seperti diare, penyakit kulit, dan sebagainya. Masalah air bersih ini menjadi faktor penyebab terjadinya kejadian luar biasa (KLB) campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat beberapa waktu lalu.
Untuk mendapatkan air bersih, masyarakat harus membeli air mineral dalam kemasan, memasak air dengan kompor gas atau kompor minyak yang harganya relatif mahal. Dengan pendapatan masyarakat Agats yang rata-rata masih rendah, hal ini tentu sangat memberatkan.
Tidak sedikit warga yang langsung mengonsumsi air hujan. "Jika masalah ini tidak diselesaikan, maka kasus KLB bukan tidak mungkin akan terulang kembali," ucap dia.
Salah satu pakar kesehatan lingkungan yang bergabung dalam Tim Krisis Center Baznas Budi Laksono, menambahkan program instalasi air minum ini menggunakan sistem ultraviolet dan ozon yang sangat murah dan praktis. Dengan pembuatan instalasi ini, masyarakat akan mendapatkan air minum sehat dengan harga murah, sehingga ekonomi keluarga terbantu. Setiap instalasi ini akan menghasilkan air minum sebanyak 1.000 liter per hari.
Sejak marak diberitakan, kasus KLB campak dan gizi buruk di Kabupaten Asmat, Baznas membentuk Tim Krisis Center untuk membantu pemerintah dalam menanggulangi kejadian tersebut. Tim Baznas telah diturunkan sejak 18 Januari 2018 dan masih terus berada di lokasi sampai saat ini. Baznas merealisasikan program kesehatan, bantuan sarana lumbung pangan serta penyediaan sarana air bersih. Saat ini sudah ada dua posko kesehatan yang didirikan, yaitu di Distrik Agats dan Distrik Peer.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
