Jumat 26 Jan 2018 20:32 WIB

Ketika Masjid tak Lagi Sepi Kala Subuh

Upaya memotivasi jamaah anak usia SD di Masjid Al Bayan di antaranya memberi hadiah.

 Ribuan peserta aksi 112 mengikuti shalat Subuh berjamaah di Masjid Istiqlal, Jakarta (Ilustrasi)
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ribuan peserta aksi 112 mengikuti shalat Subuh berjamaah di Masjid Istiqlal, Jakarta (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Gerakan Shalat Subuh Berjemaah di masjid-masjid Tanah Air makin menggeliat dan menghadirkan pemandangan baru di banyak rumah ibadah kaum Muslimin di berbagai kota yang tak lagi sepi jamaah. Padahal, kondisi berpuluh tahun ke belakang, pemandangan di negeri berpenduduk mayoritas Muslim ini, belum terlihat.

Namun, gerakan itu menjadi bagian dari penanda kebangkitan kesadaran kolektif umat Islam negeri ini akan tuntunan ajaran agamanya. Di tengah fenomena ini, cara mengomunikasikan ajakan kepada warga untuk meramaikan masjid-masjid pada saat Subuh itu pun tak lagi monoton.

Sejalan dengan tuntutan "zaman now" yang ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi, Gerakan Shalat Subuh Berjemaah itu pun tak lagi cukup hanya dipromosikan pengurus bersama jemaahnya melalui spanduk-spanduk yang dipasang di area masjid mereka. Ajakan mengawali hari dengan shalat Subuh berjemaah di masjid tersebut juga disosialisasikan para pegiat gerakan ini melalui beragam kanal media sosial seperti Instagram, YouTube, Twitter, Facebook, dan WhatsApp.

Dengan memanfaatkan keberadaan media sosial itu, pesan-pesan berisi ajakan untuk meramaikan shalat Subuh di masjid-masjid lingkungan mereka pun tersampaikan dengan lebih mudah dan menjangkau radius yang tiada berbatas. Kini, tidak sulit menemukan tautan-tautan pesan komunitas pendukung Gerakan Shalat Subuh Berjemaah itu di kanal-kanal media sosial. "Sahabat Subuh", misalnya, gencar mengajak publik untuk meramaikan Salat Subuh di masjid yang ada di lingkungan masing-masing.

Melalui tautan https://www.instagram.com/p/BdkY-ssFp2E/, seruan untuk memperkuat gerakan ini pun digaungkan: "Yuk bergabung dengan group Duta Sahabat Subuh. Ikuti tautan ini: https://chat.whatsapp.com/FRkOXeuV8dV2De2VSLZxbN. Follow teruss @sahabatsubuh ..."

Seperti terungkap dalam pesan-pesan yang disampaikan secara terbuka melalui jejaring Internet itu, mereka yang mendukung "Sahabat Subuh" ini menyampaikan alasan mereka ikut mendukung gerakan mengawali hari dengan mendirikan Ssalat Subuh berjemaah di masjid ini.

"Kami ingin masuk surga sekeluarga." Itulah alasan utama mereka beramai-ramai berjuang mensyiarkan Gerakan Nasional Shalat Subuh Berjemaah di masjid.

Mengenai keutamaan shalat Subuh berjemaah di masjid, terutama bagi pria Muslim, itu sendiri, telah banyak ulama yang membahasnya. Di antara keutamaan-keutamaannya tersebut adalah "disaksikan malaikat" dan "dihitung sebagai salat malam semalam penuh" (Haq, 2017).

Seiring dengan makin menggeliatnya Gerakan Shalat Subuh Berjemaah itu, makin banyak masjid yang ramai. Di Masjid Jogokariyan, Kota Yogyakarta, misalnya, suasana subuh berjemaahnya tetap ramai.

Suasana Subuh yang diramaikan kalangan tua dan muda, termasuk tidak sedikit di antara mereka berusia renta, di masjid yang berdiri di tengah perkampungan berpenduduk sedikitnya 907 kepala keluarga atau 2.973 jiwa itu relatif tak berubah dalam tiga tahun terakhir.

Betapa tidak, seluruh shaf di ruang utama masjid berlantai dua itu penuh dengan jamaah. Mereka yang tak kebagian shaf di bagian dalam mendirikan shalat Subuh mereka di pelataran kanan-kiri dan belakang masjid pada Jumat (19/1), Sabtu (20/1), dan Ahad (21/1) itu.

Suasana subuh berjamaah di Masjid Jogokariyan yang ramai seperti yang Antara sendiri rasakan selama tiga hari di pekan ketiga Januari 2018 itu relatif sama dengan pengalaman pertama mengikuti shlat Subuh di masjid tersebut pada pertengahan Oktober 2016.

Pencapaian masjid yang terletak di Jalan Jogokariyan No. 36, Mantrijeron, Yogyakarta, dalam menarik warga setempat dan musafir untuk meramaikan shalat Subuh berjemaah setiap harinya itu kini menjadi model yang menginspirasi banyak masjid di luar Provinsi D.I. Yogyakarta.

Masjid Al Bayan

Di antara masjid-masjid yang pengurusnya terinspirasi oleh keberhasilan Masjid Jogokariyan dalam menjadikan setiap Subuh ramai bak suasana shalat Jumat selama bertahun-tahun itu adalah Masjid Al Bayan, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau.

"Alhamdulillah, kita sudah melakukannya. Dan, tujuh shaf yang masing-masing shafnya diisi 25 orang jamaah kini penuh dalam setiap shalat Subuh dalam tiga bulan terakhir ini," kata Suprianto, Bendahara Masjid Al Bayan.

Tak hendak kehilangan momentum yang tercipta dari menggeloranya semangat kolektif para pengurus Masjid Al Bayan setelah menonton tayangan YouTube tentang Subuh di Masjid Jogokariya itu, gerakan shalat Subuh di masjid kecil itu pun dimulai.

Bahkan, sebagai bagian dari upaya menyemai tumbuhnya benih-benih "pejuang shalat Subuh" di kalangan jamaah anak-anak, pengurus masjid sepakat memberikan hadiah sepeda untuk 17 orang anak yang berhasil mengikuti Subuh berjamaah tanpa putus selama 30 hari.

"Upaya memotivasi jamaah anak-anak usia sekolah dasar di lingkungan Masjid Al Bayan dengan menyediakan hadiah sepeda kepada mereka yang berhasil itu pada mulanya diikuti oleh 40 orang anak," kata Suprianto.

Namun, seiring berjalannya waktu, jumlah mereka yang lulus karena tak pernah putus shalat Subuh berjemaah di masjid sepanjang Periode I (11 Desember 2017 hingga 12 Januari 2018) itu tinggal 17 orang anak.

Setiap kali ke masjid untuk shalat Subuh berjemaah, anak-anak itu diabsen. Setelah diabsen, mereka diberi kuis seputar soal ibadah. Bagi anak-anak yang bisa menjawab pertanyaan dengan benar, mereka dikasih uang jajan sekolah hari itu oleh pihak masjid.

"Insya Allah, Ahad ini (28/1), dilaksanakan tablig shalat berjamaah dan pembagian hadiah untuk anak-anak yang tidak putus shalat Subuh selama 30 hari itu," katanya.

Gerakan Shalat Subuh Berjamaah yang dilakukan pengurus Masjid Al Bayan tersebut mendapat sambutan hangat dari banyak orang tua dan warga masyarakat sekitar masjid. Namun, strategi yang dilakukan pengurus Masjid Al Bayan, Pekanbaru, untuk membangun generasi "pejuang shalat shubuh" sejak usia dini dengan menghadiahi 17 orang anak sepeda tersebut selama sebulan penuh itu bukanlah hal baru.

Di Istanbul, Turki, misalnya, sejumlah anak di sana pun pernah dihadiahi sepeda setelah mereka mengikuti shalat Subuh berjemaah di masjid mereka selama 40 hari tanpa putus (Hidayatullah.com, 2017).

Terlepas dari bagaimana strategi dan cara pengurus masjid memotivasi warganya untuk memulai setiap hari baru mereka dengan shalat Subuh berjemaah di masjid, Gerakan Shalat Subuh Berjemaah itu kini telah menjadi bagian dari fenomena kebangkitan umat Islam Indonesia.

"Mulai hari ini, ayoo... Jangan lewatkan shalat Subuh berjamaah di masjid". Isi spanduk yang terpasang di depan Masjid Jami' Assuhaimiah, Jalan Kebon Sirih Barat Dalam No.15, Jakarta, itu mewakili pesan bagi seluruh Muslim yang ingin meraih surga dunia dan akhirat dari Allah SWT.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement