Kamis 18 Jan 2018 17:43 WIB

JATMAN Harus Jadi Perekat Persatuan Bangsa

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Agus Yulianto
 Pengurus JATMAN (Jam’iyyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah)
Foto: Istimewa
Pengurus JATMAN (Jam’iyyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah)

REPUBLIKA.CO.ID, PEKALONGAN -- Demi persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, para ulama besar yang ikut mendirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) telah menyepakati Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa. Nilai-nilai ini harus diwarisi umat Jamiyyah Ahlith Thoriqoh Mutabaroh An Nahdliyah (JATMAN) untuk menjaga keutuhan bangsa Indonesia.

Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Provini Jawa Tengah Farhani mengatakan, bangsa ini masih menghadapi dua isu strategis. Yakni, isu tentang kebinekaan dan upaya menggoyang Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa.

"Sampai hari ini, masih ada sekelompok kecil orang, golongan maupun ormas yang ingin menggantikan Pancasila sebagai dasar negara," ungkapnya, saat mewakili Menteri Agama RI, untuk menutup Muktamar XII JATMAN, di pendopo lama Pekalongan, Kamis (18/1).

Berdirinya republik ini, kata Farhani, juga tidak lepas dari peran ulama besar bangsa ini. Karena, di sana ada KH Hasyim Asyari, Ki Bagus Hadi Kusumo, dan Kasman Singodimejo yang tergabung dalam tim Sembilan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.

Sejarah juga mencatat, demi persatuandan kesatuan bangsa, dari Sabang sampai Merauke, ternyata para ulama besar pendahulu kita ikhlas meninggalkan kata syariat Islam di dalam sila pertama Pancasila. "Artinya apa, untuk alasan persatuan dan kesatuan bangsa, para ulamabesar tersebut telah menyepakati Pancasila itu sebagai dasar Negara," tegasnya.

Pancasila, juga menjadi titik temu dari semua agama yang diakui oleh Pemerintah di Indonesia. Jika dilihat secara universal, semua agama mengajarkan tentang ke-Tuhanan, nilai-nilai kemanusian, tolong menolong saling membantu, persatuan permusyawaratan, dan mengajarkan keadilan.

Sehingga, selain sebagai dasar Negara, maka Pancasila juga sebagai pandangan hidup dan pemersatu bangsa Indonesia yang sangat majemuk ini. Makanya, kemudian dikenal Bhineka Tunggal Ika.

Oleh karena itu, dia pun sepakat jika para jamiyyah bisa memberikan pemahaman kepada umat. "Para jamiyyah juga diminta menjadi perekat, pendingin bukan pemanas dari umatnya, agar negeri inimenjadi negeri yang makmur dan sejahtera lahir dan batin," ujarnya.

Isu strategis yang tidak kalah penting, dikatakan Farhani, adalah kerukunan. Berkali-kali bangsa ini dicoba oleh kelompok tertentu yang ingin memporakporandakan keutuhan ukhuwah umat Islam.

Untuk itu, dia menginginkan, agar para jamiyyah bisa memberikan pemahaman bahwa ketika bangsa ini rukun, sehingga kedamaianakan didapatkan. Karena, Indonesia dikenal oleh bangsa lain di dunia sebagai negeri yang majemuk dan multikultur, penuh keanekaragaman dan keberagaman.

Wakil Rais Aam JATMAN KH Ali Masadi juga menambahkan, para jamiyyah diminta memainkan peran dalam menjaga situasi bangsa, di tengah panasnya kontestasi tahun politik. Sehingga, saat bangsa ini menggelar pesta demokrasi, masyarakat tetap 'adem' dan dihindarkan dari segala bentuk perpecahan.

Pesan ini disampaikan oleh Wakil Rais Aam JATAM, KH Ali Masadi, saat memberikan sambutan pada penutupan Muktamar XII Jamiyyah Ahlith Thoriqoh Mutabaroh An Nahdliyah (JATMAN), di pendopo lama Kota Pekalongan, Jawa Tengah, Kamis (18/1).

Menurut Masadi, selepas mengikuti muktamar di Pekalongan ini, para jamiyyah akan kembali ke daerah asal masing-masing. Untk itu, apa yang telah didapatkan selama mengikuti muktamar kali ini, sudah semestinya disampaikan kepada umat (masyarakat).

Apalagi, bangsa ini segera menghadapi hajatpesta demokrasi tahun 2018 dan 2019. Seperti diungkapkan oleh Rais Aam Idaroh Aliyah, Habib Luthfi bin Yahya bahwa di tahun politik ini para jamiyyah bisa menjadi pendingin masyarakat, bukan justeru menjadi penyebab kisruhnya masyarakat.

"Jika peran ini dapat dilaksanakan, mudah-mudahan negara Indonesia ini tetap dilindungi Allah SWT. Tetap tenang, tumaninah serta sakinah. Sehingga Negara Indonesia tetap aman sentosa dan akhirnya akan membahagiakan masyarakat kita bersama, Allahuma amin," ujarnya.

Acara penutupan Muktamar ini jugadi hadiri oleh Wali Kota Pekalongan, Saelani Mahfudz beserta jajaran Forkompinda Kota Pekalongan serta Bupati Pekalongan, Asip Kholbihi berikut jajaran Forkompinda Kabupaten Pekalongan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement