Kamis 04 Jan 2018 05:03 WIB

Kenaikan Zakat Menunjukkan Tingginya Kepercayaan Publik

Rep: Novita Intan, Fuji Eka Permana, / Red: Elba Damhuri
Pengunjung melakukan pemeriksaan darah oleh tim Rumah Zakat dalam rangkaian kegiatan Muhasabah Akhir Tahun bersama Republika, di Masjid Pusdai, Kota Bandung, Ahad (31/12).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Pengunjung melakukan pemeriksaan darah oleh tim Rumah Zakat dalam rangkaian kegiatan Muhasabah Akhir Tahun bersama Republika, di Masjid Pusdai, Kota Bandung, Ahad (31/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Forum Zakat (FOZ) sebagai asosiasi organisasi pengelola zakat Indonesia menilai, raihan pengumpulan zakat nasional yang tumbuh 20 persen sepanjang 2017 merupakan capaian yang menggembirakan. Apalagi, kondisi perekonomian global ataupun domestik sedang bergejolak.

"Dengan tumbuh 20 persen sangat bagus di mana ekonomi lesu, tapi zakat tumbuh. Artinya, tidak memengaruhi semangat mereka mendonasikan dan berbagi," ujar Ketua Umum FOZ Nur Efendidi Jakarta, Rabu (3/1).

Menurut dia, pertumbuhan ini juga menunjukkan peningkatan kepercayaan masyarakat kepada lembaga amil di Tanah Air. Berdasarkan data FOZ, anggota FOZ tercatat sebanyak 235 lembaga. Sebanyak 17 di antaranya sudah mendapatkan sertifikasi lembaga amil zakat nasional dari Kementerian Agama (Kemenag).

Oleh karena itu, agar pengumpulan zakat semakin meningkat, Nur menyarankan agar lembaga amil meluncurkan program-program yang semakin dipercaya masyarakat Indonesia. Khususnya, program-program yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat.

 

"Maka kalau tumbuh di atas 20 persen, itu artinya trust (kepercayaan), edukasi, sudah sangat bagus," kata CEO Rumah Zakat ini.

Kementerian Agama (Kemenag) memproyeksikan pengumpulan zakat nasional sepanjang tahun lalu mencapai Rp 6 triliun. Jumlah ini meningkat dibandingkan 2016 yang tercatat Rp 5,12 triliun. Kemenag menilai, peningkatan pengumpulan zakat bisa lebih tinggi jika koordinasi antarlembaga penghimpun zakat diperkuat.

Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) dalam surveinya mengemukakan, potensi zakat kekayaan dan penghasilan individu di Indonesia mencapai Rp 138 triliun per tahun. Apabila terealisasi penghimpunannya sesuai yang ditargetkan 10 persen dari potensi itu, tiga tahun ke depan, penerimaan zakat nasional diperkirakan mencapai target Rp 13,8 triliun per tahun.

Direktur Dompet Dhuafa Imam Rulyawan menilai, raihan penerimaan zakat sepanjang 2017 membuktikan kesadaran keagamaan masyarakat patut disyukuri. "Artinya, yang pernah membayar zakat rutin tahun lalu kemungkinan kecil tahun ini terus membayar zakat," ujarnya, Rabu (3/1).

Kendati demikian, Imam mengatakan, pencapaian tersebut belum sejalan dengan potensi zakat di Indonesia. Itu artinya potensi dari pengumpulan zakat masih amat besar. Khusus untuk Dompet Dhuafa, Imam menjelaskan, lembaganya fokus kepada program pemberdayaan ekonomi.

Setidaknya, DD sudah menyentuh kaum dhuafa di 33 provinsi di seluruh Tanah Air. "Prioritas penyaluran fakir miskin, gawat darurat, kebutuhan biaya pengobatan, di situlah dana Dompet Dhuafa masuk, baik pendidikan ekonomi maupun kesehatan aspek keadilan usaha," ujar Imam.

Penghimpunan yang dilakukan Lembaga Zakat Infak dan Sedekah Muhammadiyah (Lazismu) juga mengalami peningkatan pada 2017. Lazismu akan terus melakukan berbagai peningkatan supaya bisa menggali potensi zakat, yang nilainya mencapai ratusan triliun.

Direktur Utama Lazismu Andar Nubowo mengatakan, jumlah zakat yang dikumpulkan Lazismu sepanjang 2017 mencapai Rp 80 miliar. Jumlah ini meningkat dibandingkan 2016 yang tercatat Rp 50 miliar. Akan tetapi, menurut Andar, tantangan Lazismu masih besar untuk menggali potensi zakat yang nilainya mencapai ratusan triliun rupiah.

(Pengolah: ed: muhammad iqbal).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement