Rabu 13 Dec 2017 19:05 WIB

Perkembangan Islam di Eropa Jadi Kajian Peneliti

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Agung Sasongko
Umat Islam di Eropa
Foto: Reuters
Umat Islam di Eropa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu argumen yang paling diperdebatkan tentang Muslim di Eropa adalah klaim 'Eurabia'. Klaim tersebut menyatakan, bahwa tingkat kelahiran dan imigrasi yang tinggi akan membuat umat Islam menjadi mayoritas di benua Eropa dalam beberapa dekade.

Selama bertahun-tahun, sebagian besar media dan analis menolak klaim tersebut sebagai 'alarmis' dan rasis. Alarmis bermakna sebagai orang yang memiliki kecemasan tidak berasas. Hal itu juga seperti terlihat dalam sebuah cover utama majalah Newsweek, yang bertuliskan "Menghilangkan mitos tentang Eurabia".

Seorang jurnalis sekaligus penulis asal Italia, Giulio Meotti, mencoba menggambarkan bagaimana populasi Muslim bisa meningkat di Eropa. Artikelnya diterbitkan dalam situs resmi Lembaga Kebijakan Internasional Gatestone Institute.
Dalam artikelnya, ia menulis bahwa seorang profesor kehormatan bidang Timur Tengah, Bernard Lewis, pernah mengirimkan sinyal peringatan lebih dari satu dekade yang lalu. Ia menyebut bahwa Eropa akan mengubah Muslim pada akhir abad ini, dan larut menjadi bagian dari 'Arab Barat atau Maghrib'. Seorang intelektual terkini, Fouad Ajami, juga memperingatkan bahwa Eropa adalah tuan rumah bagi perang antara ketertiban dan musuh-musuhnya, yang didorong oleh demografi.
Sementara itu, penulis asal Italia Oriana Fallaci membayangkan sebuah benua dengan minaret di tempat menara lonceng (bell tower), dengan 'burka diletakkan di tempat rok mini'. Penulis asal Kanada, Mark Steyn, mengatakan bahwa masa depan adalah milik Islam, sementara Barat disebutnya 'terbelenggu' dalam 'semi Islamisasi Eropa'.
Sepuluh tahun kemudian, sejak Eropa membuka perbatasannya dengan gelombang migran besar-besaran dari Afrika Utara dan Timur Tengah, para demografer kemudian meninjau kembali penilaian mereka.
Proyeksi baru yang dikeluarkan oleh Pew Research Center yang berbasis di Washington meramalkan, bahwa jika gelombang imigran saat ini terus berlanjut, dalam 30 tahun populasi Muslim Eropa akan berlipat ganda.
Jika gelombang migrasi tinggi terus berlanjut, angka Muslim pada populasi Jerman bisa tumbuh dari 6,1 persen pada 2016 menjadi 19,7 persen pada 2050. Bahkan jika seluruh 28 anggota Uni Eropa saat ini, ditambah Norwegia dan Swiss, menutup perbatasan mereka terhadap para migran, populasi Muslim dinilai akan terus meningkat.
Menurut data penelitian Pew tersebut, Muslim menciptakan sebesar 4,9 persen dari populasi di Eropa pada 2016. Yang mana, sekitar 25,8 juta masyarakat Muslim tersebar di 30 negara. Angka itu meningkat dari 19,5 juta orang pada 2010.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement