Rabu 15 Nov 2017 21:45 WIB
Belajar Kitab

Kunci Membangkitkan Islam

Rep: Erdy Nasrul/ Red: Agung Sasongko
Artefak bertuliskan huruf arab peradaban Mesopotamia periode Islam di Museum dirusak pasukan ISIS di Irak
Foto: Thaier Al-Sudani/Reuters
Artefak bertuliskan huruf arab peradaban Mesopotamia periode Islam di Museum dirusak pasukan ISIS di Irak

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Semangat membangkit kan Islam tak pernah hilang. Selalu ada ulama yang menyua rakan hal itu di berbagai zaman. Sete lah Turki Usmani digantikan rezim sekular, Amir Syaqib Arslan menyuarakan perlunya umat Islam bangkit agar kejayaan seperti pada era Rasulullah, Umayah, dan Abbasiyah, tak hanya kenangan.

Hal sama juga disuarakan Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Mereka menyuarakan pentingnya persatuan Islam melalui Panislamisme. Syiar Islam digelorakan melalui media mas sa yang mereka buat. Namun, usa ha mereka belum mampu menyatukan dunia Islam. Negara-negara dengan penduduk mayoritas Muslim hanya memikirkan kelompok mereka sendiri.

Tren kebangkitan Islam kemudian berubah. Tak lagi dalam gerakan politik, tapi ideologi dan pemikiran. Akademisi Muslim dari Massacgusetts Institute of Technology (MIT) Seyyed Hossein Nasr kembali mengangkat sejarah tradisi keilmuan dalam Islam yang sangat luar biasa, seperti dalam bidang kimia, fisika, matematika, falsafah, dan lainnya.

Bukunya berjudul Science and Civilization in Islammerupakan kumpulan pengetahuan tentang sejarah keilmuan dalam Islam. Buku itu memotivasi umat bahwa mereka memiliki tradisi sendiri, yang jika didalami akan membangkitkan tradisi Islam yang saintifik.

Sementara itu, Syed Naquib alAttas menyuarakan pentingnya pendidikan yang merupakan penanaman ilmu di dalam hati setiap insan.Ilmu akan membentuk sikap dan pemikiran, sehingga seseorang memiliki cara pandang atau pandangan hidup.

Cara pandang itu merupakan kumpulan konsep-konsep, seperti ketuhanan, kemanusiaan, alam, moral, agama, wujud, dan keilmuan.Ula ma terdahulu mampu menyebarluaskan Islam karena mereka mendakwahkan cara pandang ini.Masyarakat menerima dakwah mereka karena meyakini cara pandang Islam merupakan solusi keterpurukan yang mereka rasakan.

Hal sama juga dilakukan oleh Ismail Raji al-Faruqi. Melalui bukunya Tawhid Its Implications for Thought and Life. Pendiri International Institute of Islamic Thought (IIIT) menjelaskan, selama ini umat Islam berada dalam kesedihan dan keprihatinan. Umat terjebak dalam belenggu kemiskinan, kebodohan, permusuhan, dan kebiadaban.

Mereka tidak punya pijakan pasti. Berbagai gerakan mereka gagal untuk kembali membang kitkan Islam. Ikhwanul Muslimin muncul ke permukaan menyuarakan aspirasi kritis dan menjadi kelompok pembaruan yang dikagumi. Namun, alih-alih menyatukan dan membangkitkan Islam, Ikhwanul Muslimin justru tergelincir dalam permusuhan dan perang saudara yang menewaskan tokoh-tokohnya.

Solusi yang paling utama menurut Faruqi adalah kembali kepada tauhid. Umat Islam harus memahami konsep keesaan Tuhan merupakan yang mendasar yang menginspirasi berbagai aspek kehidupan Muslim. berbagai keragaman, harta, sejarah, kebudayaan, kebijaksanaan, yang menjadi aspek peradaban Islam harus mencerminkan semangat la ilaha illallah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement