Rabu 15 Nov 2017 07:41 WIB

Ananda Sukarlan Belajarlah pada Minoritas Muslim Lamakera

Kampung nelayan Lamakera, di pesisir Pulau Solor, Nusa Tenggara Timur.,
Foto: MHR Shikka Songge
Kampung nelayan Lamakera, di pesisir Pulau Solor, Nusa Tenggara Timur.,

Oleh: MHR Shikka Songge

Maestro musik Ananda Sukarlan dan ratusan orang lainnya meninggalkan aula saat Gubernur DKI Anies Baswedan sedang memberikan Pidato Peringatan 90 Tahun Lembaga Pendidikan Kanisius, dan  masuk kembali setelah selesai Anies menyampaikan pidato.

Sikap yang demikian ini adalah sikap a sosial (antiisosial), sikap tidak terpelajar, dan beradab layaknya kaum primitif yang tidak faham peradaban berdemokrasi.

Saya orang Lamakera, sebuah desa pesisir perkampungan Muslim yang berada di Pulau Solor Kabupaten Flores Timur. Kami memang kaum minoritas Muslim dan secara politik belum mungkin mencalonkan wakil bupati apalagi bupati.

Kami sangat paham, meskipun dalam demokrasi memungkinkan kami bisa berkompetisi untuk ikut dalam pilkada itu.

Akan tapi kami berbudaya ‘orang sekolahan’ yang tahu diri, sadar diri, tahu menempatkan diri, tahu hak kami yang minoritas secara geniun.

Kami memang sadar minoritas dalam angka, namun kami memiliki kelas berperadaban demokrasi yang sangat baik. Olehnya, bupati kami Flores Timur meski ia seorang penganut Katholik ia sudah berkali kali datang menyapa kami di perkampungan Muslim.

Dan kami menyambut kedatangannya dengan serimoni adat yang luar biasa. Kami memberikan ia mimbar peradaban untuk berpidato. Ya, meski kami beda dalam iman, beda dalam keyakinan, namun semua itu tidak mengurangi sedikitpun akhlak dan adab kami menghormati sang bupati.

Ada baiknya mereka seperti Ananda Sukarlan belajarlah pada kami minoritas Muslim Lamakera di Pulau Solor yaang terpencil dan hidup dalam kondisi belum semakmur anda dan warga Jakarta.

Meski begitu, kami yakin kami masih punya nurani dari pada kalian yang terus menpertontonkan perilaku primitif di area pertemuan terbuka dan di depan khalayak ramai yang katanya terhormat itu.

Kampung nelayan Lamakera yang kadang di musim tertentu melakukan pesta adat berburu ikan paus itu  ternyata lebih berarti dari pada segala klaim yang anda pidatokan.

Salam dari kami orang kecil dari pesisir pulau kecil di kawasan timur Indonesia.

 

(MHR Shikka Songge)

Warga Kampung Nelayan Lamakera, Pulau Solor.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement