Kamis 28 Apr 2022 04:05 WIB

Kisah Suami Istri yang Diabadikan dalam Surah Al-Insan

Kisah Suami Istri yang Diabadikan dalam Surah Al-Insan

Rep: Mgrol97/ Red: Agus Yulianto
Ilustrasi anak mengaji alquran
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Ilustrasi anak mengaji alquran

REPUBLIKA.CO.ID, Ada sebuah kisah yang sangat menyentuh jiwa dan sangat sulit dipercaya bagi banyak orang yang menjadi korban materialisme hingga mendominasi seluruh dimensi kehidupannya. Kisah ini disinggung dalam surah Al-Insan. Para musafir umumnya sepakat bahwa ayat-ayat tersebut turun berkaitan dengan Amirulmukminin Ali bin Abi Thalib dan istrinya, Fatimah az-Zhara.

Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang berbuat kebajikan minum dari gelas (berisi minuman ) yang campurannya adalah air kafur yaitu mata air (dalam surga ) yang dari padanya hamba-hamba Allah minum, yang mereka dapat mengalirkannya dengan sebaik-baiknya. Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana. Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya Kami takut akan(azab ) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan.” (Surah Al-Insan:5-10)

Baca Juga

Dikisahkan dari Ensiklopedia Alquran, bahwa saat masih kecil, Al-Hasan dan Al-Husain, kedua putra Imam Ali bin Abi Thalib jatuh sakit. Tatkala penyakit keduanya semakin parah, Imam Ali dan Sayyidah Fathimah bernazar; apabila kedua putranya sembuh, mereka akan berpuasa selama tiga hari.

Meskipun memiliki kedudukan istimewa dalam Islam, pasangan suami istri ini, hidup serba kekurangan. Suatu hari, Imam Ali mendatangi rumah seorang Yahudi untuk meminjam tiga sha’ gandum. Orang Yahudi itu berkata, “Aku akan memberikan apa yang kamu inginkan dengan syarat kamu memintal wol ini.”

 

Imam Ali yang kebetulan pandai memintal wol, menerima syarat itu. Lalu beliau membawa gandum tersebut dan memberikannya kepada Sayyidah Fathimah. Kemudian Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyanyang memberikan kesembuhan kepada kedua putranya. Imam Ali dan Sayyidah Fathimah pun akhirnya menepati nazarnya berpuasa selama tiga hari.

Pada hari pertama, Sayyidah Fathimah menggiling satu sha’ gandum untuk membuat roti. Sembari menunggu saat berbuka, mereka meletakkan beberapa potong roti beserta garam dan cuka di hadapannya. Saat terdengar suara Bilal bin Rabah mengumandangkan azan shalat Maghrib, tiba-tiba pintu rumah mereka diketuk seseorang. Imam Ali membukanya dan menjumpai seorang lelaki renta miskin meminta sedekah.

Lelaki itu berkata, “Aku dan istriku sangat kelaparan dan kesakitan”. Mendengar perkataan lelaki renta miskin itu, Sayyidah Fathimah merasa iba sehingga tanpa terasa kedua matanya meneteskan air mata. Suami istri itu segera memberikan roti mereka kepada lelaki renta tersebut. Ia berterima kasih dan mendoakan mereka berdua.

Mereka melakukan semua itu bukan untuk mengharap ucapan terima kasih, namun semata-mata mencari keridhaan Allah SWT. Maka, pada hari itu mereka berbuka hanya dengan air putih. Setelah berbuka, mereka menunaikan shalat Maghrib dan bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat-Nya.

Pada hari berikutnya, mereka menggiling satu sha’ gandum dan mengolahnya menjadi roti. Menjelang Maghrib, seorang anak yatim datang ke rumah mereka meminta makanan untuknya dan saudara-saudaranya yang masih kecil. Imam Ali dan Sayyidah Fathimah pun memberikan makanan yang ada. Pada hari kedua ini, mereka kembali berbuka hanya dengan air putih.

Untuk melengkapi nazarnya, mereka berpuasa pada hari ketiga. Tiba-tiba seorang tawanan mengetuk pintu rumahnya meminta sedekah. Mereka pun melakukan hal yang sama dengan dua hari sebelumnya. Tentu saja, mereka menjadi lemah karena sangat lapar.

Pada hari keempat, mereka berkunjung ke rumah Rasulullah SAW. Melihat kondisi mereka (Ali, Fathimah, Al-Hasan, dan Al-Husain) sangat lemah, Nabi SAW menangis. Saat itulah Malaikat Jibril menurunkan surah Al-Insan.

Meskipun diturunkan berkenaan dengan Imam Ali dan Sayyidah Fathimah, ayat-ayat tersebut ditujukan kepada semua kaum beriman supaya meneladani mereka. Sifat tamak terhadap materi duniawi adalah penyakit setan. Semoga Allah SWT melindungi kaum beriman dari setan, sesungghnya Dia Maha Mendengar lagi Mengabulkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement