Ahad 12 Nov 2017 05:20 WIB

Kenangan Imam Shamsi Ali Bacakan Alquran di Yankee Stadium

Rep: Amri Amrullah/ Red: Israr Itah
Imam Besar New York Shamsi Ali
Foto: Republika/Darmawan
Imam Besar New York Shamsi Ali

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Nusantara Foundation, Imam Shamsi Ali mengenang cerita 16 tahun lalu seusai peristiwa 11 September 2001. Peristiwa yang lebih dikenal dengan 9/11 yang mengawali stereotip global terkait terorisme kepada umat Islam.

Walaupun telah 16 tahun berlalu, peristiwa 9/11 menurutnya, masih terngiang di telinga, seolah nampak di depan mata. Apapun realitanya, kata dia, 9/11 adalah peristiwa besar. Dikatakan besar karena mampu mengubah wajah hubungan internasional hampir dalam semua dimensinya. Hubungan politik dan diplomasi, ekonomi, bahkan budaya dan agama sekalipun.

"Ketika terjadi 9/11 itu saya diminta kota New York untuk mewakili saudara-saudara kita, komunitas Muslim dalam berbagai perhelatan dan acara kota/negara," kata Imam Shamsi Ali dalam keterangannya kepada Republika.co.id, Sabtu (11/11). 

Permintaan itu termasuk ketika Presiden George Walker Bush mengunjungi Ground Zero untuk pertama kali. Ia dan seorang imam Afro-Amerika, Ezekiel Pasha bersama beberapa pemimpin agama kota New York menjadi pendamping Bush.

 

Namun, menurut dia, yang paling berkesan saat itu adalah ketika Amerika mengadakan doa bersama, yang lebih dikenal dengan memorial service, di lapangan bisbol Yankee Stadium. Acara yang diinisiasi oleh pemerintah New York itu dihadiri oleh petinggi-petinggi Amerika dan kota New York. Hadir sekitar 70 ribu orang di lapangan yang masyhur itu. 

"Saya kembali diminta menjadi wakil komunitas Muslim untuk membacakan doa secara Islam. Namun karena beberapa pertimbangan, saya memutuskan untuk tidak membaca doa. Tidak pula menyampaikan pidato singkat," jelas mantan Imam Masjid New York ini.

Ia memilih membacakan beberapa ayat Al-Quran. Shamsi memilih ayat-ayat dari tiga tempat di Al-Quran. Satu ayat ia bacakan tetang universalitas Islam. Kedua, ayat tentang keadilan. Ketiga, ayat-ayat tentang pertolongan Allah dan kemenangan.

Pilihan pertama untuk menyangkal stigma yang mengatakan bahwa Islam itu adalah agama orang-orang Arab. Pilihan kedua untuk menyampaikan pesan bahwa kekerasan-kekerasan dunia, termasuk serangan 9/11, disebabkan oleh ketidakadilan dunia kita. Dan, pilihan ketiga untuk membangun optimisme dan harapan bahwa sekuat apapun rintangan, harapan itu selalu ada. Bahwa kemenangan itu adalah sesuatu yang dijanjikan kepastiannya.

"Yang saya ingin sampaikan kemudian adalah cerita yang pernah saya sampaikan beberapa waktu lalu. Setelah tiga bulan dari acara itu, seorang wanita menelpon saya," ungkapnya.

Terjadi percakapan yang ternyata telah membuka hidayah wanita tersebut. Singkat cerita wanita yang awalnya bernama Cynthia itu telah beralih menjadi seorang mualaf bernama Tahira. "Dan, Allah membukakan hidayah kepadanya ketika saya melantungkan ayat-ayat Al-Quran sebelumnya," kata Imam Shamsi Ali.

Cynthia sebelumnya Nasrani. Namun saat mendengarkan ayat-ayat yang dibacakan Imam Shamsi Ali lewat CNN, dia mengaku telah meneteskan airmata tanpa sadar atau paham kenapa. Dia kemudian keluar dari rumahnya dan mencari tahu apa yang dibacakan itu. Seseorang di jalan memberitahu kepadanya bahwa itu adalah bukunya orang-orang Islam (Muslims book). Dia kemudian ke perpustakaan dan meminjam buku orang Islam. Ternyata yang dia pinjam adalah Al-Quran.

Sejak saat itu, dia terus membaca Al-Quran selama tiga bulan berturut-turut. Dan Imam Shamsi mengatakan setiap Cynthia membaca Al-Quran hatinya jadi tenang dan tidur nyenyak di malam hari. "Dengan pengalaman itu beliau kemudian akhirnya memeluk agama Islam. Allahu Akbar wa lillahil hamdi," kenang Imam Shamsi Ali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement