Ahad 29 Oct 2017 22:06 WIB

Mesin Cetak Manual Alquran Braille Tertua Ada di Indonesia

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Agung Sasongko
Penyandang tunanetra menyelesaikan pembuatan Alquran braille di Tangerang, Banten, Rabu (24/6).
Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Penyandang tunanetra menyelesaikan pembuatan Alquran braille di Tangerang, Banten, Rabu (24/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alquran braille mulai di kenal oleh masyarakat nusantara sejak dekade 1960-an. Kitab suci yang ditulis dengan menggunakan huruf timbul itu sengaja dihadirkan untuk memudahkan penyandang tunanetra mempelajari dan membaca ayat-ayat Allah.

Di Indonesia, kegiatan pengadaan Alquran braille terbesar dilakukan oleh Yayasan Penyantun Wiyata Guna (YPWG). Selama hampir enam dasawarsa ini, yayasan yang beralamat di Kota Bandung, Jawa Barat, itu telah memproduksi puluhan ribu mushaf khusus untuk kalangan tunanetra. Mushaf-mushaf itu tidak hanya disalurkan kepada komunitas-komunitas difabel yang ada di Tanah Air, tetapi juga mancanegara.

Di YPWG, Alquran braille diproduksi meng gunakan mesin cetak manual yang su dah terbilang tua usianya. "Mesin cetak yang kami gunakan di sini merupakan sum bangan dari organisasi Helen Keller In ternational pada 1952 silam. Dan al ham dulillah, mesin ini masih dapat ber fungsi dengan baik sampai sekarang," ung kap Kepala Percetakan Alquran Brailled YPWG, Ayi Hidayat, kepada Republika.co.id, belum lama ini.

Satu hal yang patut disyukuri, kata dia, mesin cetak manual Alquran braille yang dipakai YPWG menjadi yang tertua dan satu-satunya yang masih berfungsi di dunia hingga kini. Pada masa lalu, mesin itu memang dibuat secara terbatas di Amerika Serikat. Dari enam unit mesin cetak serupa yang pernah ada di dunia, yang masih bertahan dan terawat kondisinya hanya mesin yang digunakan oleh YPWG.

"Sementara, lima mesin lainnya yang tersebar di luar negeri sudah rusak dan tidak bisa dioperasikan lagi," kata Ayi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement