Ahad 08 Oct 2017 10:39 WIB

Dompet Dhuafa Siapkan Mobile Klinik untuk Pengungsi Rohingya

Rep: Fuji E Permana/ Red: Andi Nur Aminah
Seorang anak pengungsi Rohingya diperiksa lukanya oleh tenaga medis di tenda kesehatan Indonesia, Kamp Pengungsian Jamtoli, Cox Bazar, Bangladesh, Minggu (1/10).
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Seorang anak pengungsi Rohingya diperiksa lukanya oleh tenaga medis di tenda kesehatan Indonesia, Kamp Pengungsian Jamtoli, Cox Bazar, Bangladesh, Minggu (1/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dompet Dhuafa menyiapkan bantuan lanjutan untuk membantu pengungsi di pos-pos pengungsian di Coxs Bazar, Bangladesh. Hal itu dilakukan setelah mendapatkan laporan mengenai kondisi kesehatan pengungsi Rohingya di pos-pos pengungsian.

"Dompet Dhuafa akan membangun Mobile Klinik (gigi, bersalin dan umum, Red) dan menerjunkan Mobile Medical Response Vehicle di kawasan pengungsian Rohingya di Coxs Bazar, Bangladesh," kata Corporate Secretary Dompet Dhuafa, Salman Alfarisi kepada Republika.co.id, Ahad (8/10).

Salman menerangkan, Mobile Klinik dibangun berdasarkan kebutuhan pengungsi Rohingya. Mobile Klink juga merupakan amanah para donatur yang telah bergerak bersama menggalang kepedulian untuk Rohingya. GM Program Dompet Dhuafa, Benny menambahkan, dalam waktu dekat Dompet Dhuafa akan memperkuat pendampingan kesehatan untuk pengungsi Rohingya di Coxs Bazar melalui Mobile Klinik dan Mobile Medical Response Vehicle. Sebab, pelayanan kesehatan untuk pengungsi menjadi semacam kebutuhan pokok di sana.

"Mengingat Coxs Bazar adalah pengungsian terbesar di dunia menurut data World Health Organization (WHO), dengan jumlah pengungsi lebih dari 400 ribu warga Rohingya yang tersebar di 68 camp, sepanjang perbatasan Bangladesh dengan Myanmar," ujarnya.

Catatan perjalanan relawan kemanusiaan Dr Rosita Rivai (Ochie) menyebutkan, banyak pengungsi golongan rentan yang perlu mendapatkan pendampingan serius kesehatan. Khususnya bagi ibu hamil, anak-anak dan lansia. Seperti Hunida, warga Rohingya di pengungsian yang tengah hamil dan anak-anaknya yang masih kecil perlu mendapatkan pendampingan kesehatan. Ibu empat anak tersebut melarikan diri dari kampung halamannya pada saat usia kehamilan empat bulan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement