Kamis 05 Oct 2017 14:56 WIB

Menlu: Yordania Mitra yang Tepat Suarakan Islam Moderat

Rep: Marniati/ Red: Esthi Maharani
Menteri Luar Negeri, Retno L.P Marsudi
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Menteri Luar Negeri, Retno L.P Marsudi

REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN -- Menteri Luar Negeri Retno Marsudi melakukan kunjungan bilateral ke Yordania. Dalam kunjungan kerjanya, Menlu bertemu dengan Menlu Yordania, Ayman Safadi. Dalam siaran pers yang diterima Republika, Rabu (4/10), dijelaskan sebagai negara yang pluralis dan moderat, Menlu RI menilai Yordania merupakan mitra yang tepat dalam menyuarakan Islam Rahmatan lilalamiin, Menlu menjelaskan, saat ini banyak negara Islam yang belum sepenuhnya dapat memanfaatkan potensi yang dimilikinya.

Kedua Menlu berpandangan bahwa, konflik dalam negeri maupun antarsesama negara Islam, selama ini membatasi mereka untuk dapat memajukan umatnya. Dalam kaitan ini, kedua Menlu sepakat pentingnya peningkatan kerja sama, baik secara bilateral maupun bersama negara Islam lainnya, untuk memanfaatkan potensi bersama dalam mensejahterakan umat.

"Indonesia dan Yordania sebagai dua negara dimana Islam, pluralisme dan demokrasi berjalan berdampingan, harus dapat menyuarakan Islam Rahmatan lil' Alamin dan memajukan kesejahteraan umat," tutur Menlu Retno.

Dalam pertemuan ini, kedua Menlu juga membahas perkembangan situasi Palestina. Menlu RI menekankan pentingnya terus menempatkan isu kemerdekaan Palestina dalam agenda utama masyarakat internasional. Kedua Menlu sepakat bahwa tidak ada solusi lain dalam penyelesaian isu Palestina kecuali two state solution.

Secara khusus, Menlu Yordania menyampaikan apresiasi atas komitmen Indonesia dalam memperjuangkan dan mencari solusi terhadap berbagai tantangan yang dihadapi Palestina, termasuk kejadian di Mesjid AlAqsa baru baru ini. Indonesia akan selalu berada bersama Palestina, karena Palestina berada di jantung politik luar negeri Indonesia, tegas Menlu Retno kepada Menlu Yordania.

Lebih lanjut, kedua Menlu membahas satu tantangan besar yang dihadapi kedua negara saat ini, yaitu terorisme dan radikalisme. Kedua Menlu sepakat bahwa tantangan ini semakin berat dengan adanya ancaman regionalisasi kelompok terorisme akibat banyaknya foreign terrorist fighters (FTF) yang kembali dari beberapa negara di Timur Tengah. Situasi di Marawi, Filipina merupakan salah satu contoh dari regionalisasi kelompok teroris.

Dalam kaitan ini, kedua Menlu menekankan pentingnya upaya bersama dalam bentuk kerja sama dan kemitraan untuk penanggulangan terorisme dan radikalisme. Untuk itu, Menlu RI mendorong agar segera diselesaikan pembahasan MoU kerja sama penanggulangan terorisme dan radikalisme.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement