Rabu 27 Sep 2017 17:26 WIB

Kiai Said Peringatkan Umat untuk Bangun Kembali Persatuan

Rep: Muhyiddin/ Red: Endro Yuwanto
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Agil Siroj.
Foto: Republika/Imam Budi Utomo
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Agil Siroj.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua tahun yang akan datang akan menjadi tahun politik lantaran penyelenggaraan Pilkada Serentak 2018 dan Pemilu 2019, sementara sikap intoleransi terus berkembang. Karena itu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj memperingatkan umat untuk membangun kembali persatuan.

"Ini (saresahan) untuk memperingatkan kembali persatuan, membangun kembali persatuan, toleransi, menghadapi tantangan yang sangat menantang, yaitu intoleransi yang sangat masif, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri," ujar Kiai Said usai menghadiri acara Sarasehan Tokoh Lintas Agama di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (27/9).

Menurut Kiai Said, memasuki tahun politik, agama sangat rentan untuk dijual, sehingga hal ini akan sangat berbahaya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena, jika agama sudah dijual bisa menjadi penyebab perpecahan.

"Juga faktor politik, memasuki tahun politik rasanya kok sudah panas sekali. Ini sangat berbahaya kalau sudah politik kemudian ada isu agama. Kalau agama sudah dijual untuk kepentingan politik, baik untuk kemenangan maupun untuk memecah belah, dua-duanya salah," ucap Kia Said.

Kiai Said menegaskan, agama tidak boleh dijual untuk kepentingan politik sesat. Hal ini, menurutnya, penting segera disadari oleh umat maupun dari politisi itu sendiri. "Tidak boleh agama dimanfaatkan untuk kemenangan politik dan tidak boleh pula agama dijadikan faktor berpecah belah. Itu yang paling penting," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement