Rabu 13 Sep 2017 16:30 WIB

Mereka yang Beruntung

Ilustrasi Seorang anak membaca Al-quran saat menunggu waktu berbuka puasa bersama.
Foto: AP/Joshua Paul
Ilustrasi Seorang anak membaca Al-quran saat menunggu waktu berbuka puasa bersama.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Semua orang yang hakiki dalam keadan rugi bisa keluar menuju keberuntungan. Mereka yang beruntung adalah orang-orang yang memenuhi empat kriteria yang termaktub dalam surah al-Ashr.

Pertama, orang yang beruntung adalah orang yang beriman kepada Allah SWT dengan benar. Termasuk di dalamnya mengimani malaikat, kitab, rasul, hari akhir, qadha, dan qadar yang baik dan buruk. Beriman kepada Allah adalah proses pebaikan diri. Ia berfokus pada proses menjadi pribadi yang baik di mata Allah.

Kedua adalah selalu beramal saleh. Definisi amal saleh dalam tafsir Al-Wasith adalah menunaikan semua kewajiban dan ketaatan lain, melakukan amal baik, meninggalkan larangan, termasuk senantiasa mengucapkan kalimat yang baik.

Amal saleh adalah manifestasi dan pembuktian keimanan. Orang yang mengaku dirinya beriman tidak akan dinilai beriman sampai ia membuktikannya dalam amal saleh. Sampai fase ini prosesnya masih berkutat pada perbaikan diri.

Ketiga, saling menasihati dalam hal kebenaran. Semua yang benar harus disampaikan. Beriman kepada Allah, mengikuti kitab dan para rasul-Nya adalah sebuah kebenaran. Maka, nasihat itu harus disampaikan kepada sesama. Harus disebarluaskan. Harus didakwahkan.

Nilai yang ketiga ini memasuki fase menyentuh sosial. Setelah proses perbaikan diri selesai di dua fase selanjutnya, setiap insan siap mengemban amanah baru. Sebagai penasihat sesama guna menyuarakan kebenaran.

Keempat, saling menasihati dalam hal kesabaran. Kesabaran berkaitan erat dengan kebenaran. Pengulangan huruf jar dan fiil menunjukkan keterkaitan tujuan untuk memperlihatkan kesempurnaan perhatian. Kesabaran ini di sini juga bermaksud menghindari kemaksiatan yang diinginkan setiap manusia, bersabar dalam menjalani ketaatan, dan bersabar menghadapi semua musibah yang diujikan.

Membaca rentetan hikmah dan kandungan surah al-Ashr seharusnya menumbuhkan kesadaran. Tatanan masyarakat bisa menjadi baik jika setiap manusianya menyadari proses perbaikan. Mulai dari diri sendiri terus secara kontinu, lantas diaplikasikan dalam proses saling menasihati dan mengingatkan.

Tiga ayat ini menemukan realitas yang terbolak-balik dalam kehidupan. Ada sebagian kalangan yang semangat luar biasa mengingatkan orang lain, namun diri sendiri rapuh dalam kebaikan. Di ujung yang lain ada banyak yang khusyuk tenggelam dalam kenikmatan ibadah tanpa peduli di dekatnya terjadi kemaksiatan yang mengganggu.

Tiga ayat menjabarkan lengkap proses tersebut. Maka, tak heran jika Imam Syafi'i terkait surah ini pernah berkomentar, "Seandaianya Alquran yang diturunkan kepada manusia hanya surah ini, niscaya itu sudah mencukupi."

Disarikan dari Dialog Jumat Republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement