Rabu 06 Sep 2017 15:15 WIB

Bersahabat dengan Orang Saleh

Takwa (ilustrasi).
Foto: alifmusic.net
Takwa (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berkawan dengan orang saleh memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan seseorang. Jika kita ingin berbuat maksiat, ada lingkungan yang mengingatkan dan menjaga kita. Sehingga, kita pun mengurungkan niat perbuatan buruk tersebut. Beberapa ulama bahkan mewajibkan hukumnya berteman dengan orang saleh.

Ada berjuta keuntungan berkawan dan bersaudara dengan orang saleh. Menyapanya dengan senyum saja sudah dihitung ibadah oleh Allah SWT. Berkawan dengan orang saleh juga akan menderaskan rezeki makhluk. “Barang siapa ingin dilapangkan rezekinya dan terus diingat namanya setelah mati, sambunglah tali silaturahim.” (HR Bukhari).

Islam juga hadir dengan segala kemungkinan persaudaraan. Dalam berkawan, layaknya hubungan suami istri, kadang dilanda ujian persahabatan, tak jarang diberi nikmat ukhuwah yang menguat. Saat ujian persaudaraan hadir, Islam pun memberikan kaidah yang mulia.

“Tidak halal bagi seorang Muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam: masing-masing memalingkan muka dari yang lain saat keduanya bertemu dan orang terbaik dari keduanya adalah yang memulai ucapan salam.” (HR Bukhari dan Muslim).

Seberat apa pun ujian ukhuwah, Islam memberikan waktu tiga malam untuk masing-masing diri introspeksi. Persaudaraan begitu sangat dihargai dalam agama ini. Janganlah berlarut-larut dalam bermusuhan. Bukankah kebersamaan lebih menyenangkan?

Dalam kesempatan lain, Sang Nabi menganjurkan berbagi dengan tetangga. Bahkan, berbuat baik dengan tetangga menjadi salah satu indikator keimanan seseorang. Tetangga yang bisa jadi bukan kerabat kandung ternyata memiliki peran yang amat krusial. “Demi yang jiwaku berada di genggaman-Nya, tidaklah sempurna iman seorang hamba sampai ia mencintai tetangganya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim).

Lantas jika ukhuwah, persaudaraan, dan pertemanan ini bernilai besar di mata Allah dan Rasul-Nya, masihkah kita tak meletakkan persahabatan atas dasar materi saja?

Disarikan dari Dialog Jumat Republika

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement