Jumat 01 Sep 2017 08:38 WIB

Menyingkap Sejarah Kehadiran Islam di Seychelles

Rep: AHMAD ISLAMY/ Red: Ilham Tirta
Salah satu masjid di Seychelles.
Foto: blogspot.com
Salah satu masjid di Seychelles.

REPUBLIKA.CO.ID, SEYCHELLES -- Bagi mayoritas masyarakat di Indonesia, nama Seychelles mungkin terdengar asing. Sebab, negara kecil yang terletak di sisi timur Benua Afrika ini memang termasuk amat jarang masuk dalam pemberitaan media di Tanah Air.

Seychelles, yang secara resmi memiliki nama Republik Seychelles, adalah negara kepulauan yang berada di Samudera Hindia, sekitar 1.500 kilometer sebelah timur Afrika. Negeri yang terdiri dari 115 pulau kecil ini beribukotakan Victoria.

Seychelles memproklamasikan kemerdekaannya dari Inggris pada 1976. Sejak itu, negeri ini terus tumbuh dan berkembang sehingga sekarang berhasil menjadi salah satu negara dengan indeks pembangunan manusia (IPM) tertinggi di Afrika (mencapai angka 0,772 pada 2014). Namun sayangnya, tingkat ketimpangan ekonomi di Seychelles juga terbilang sangat tinggi, dikarenakan tidak meratanya pendistribusian pendapatan di kalangan rakyatnya.

Menurut data yang dihimpun Badan Intelijen AS (CIA), jumlah penduduk Seychelles saat ini diperkirakan lebih dari 93 ribu jiwa. Hal itu sekaligus menjadikannya sebagai negara berdaulat dengan populasi terkecil di kawasan Afrika. Adapun jumlah pemeluk Islam di Seychelles hari ini berkisar 1.490 jiwa atau hanya 1,6 persen dari total penduduk negara itu.

 

Sejarah kehadiran Islam di Seychelles cukup menarik untuk diselisik. Beberapa sumber menyebutkan, para pelaut dan pedagang Muslim telah menyambangi Seychelles jauh sebelum bangsa Eropa menginjakkan kakinya di wilayah kepulauan itu pada awal abad ke-16 silam. Namun demikian, agama Islam tidak pernah diakui secara resmi di sana sampai masjid pertama didirikan pada 1982.

Menurut catatan sejarah, tidak ada penduduk yang tinggal secara permanen di Seychelles sampai akhirnya penjajah Prancis mendirikan permukiman pertamanya di wilayah tersebut pada 1770. Selama dua abad berikutnya, wajah demografi Seychelles terus mengalami dinamika disebabkan pengaruh kolonialisme dan imperialisme negara-negara Eropa, seperti Prancis dan Inggris, di kepulauan itu.

Selepas merdeka dari Inggris, Islam pun mulai menunjukkan geliatnya di Seychelles. Hari ini, kaum Muslim di sana bisa hidup berdampingan dengan masyarakat non-Muslim, yang mayoritas memeluk agama Katolik Roma. Negara kecil ini berhasil menerapkan prinsip toleransi dengan cukup baik dalam kehidupan rakyatnya. Sebagai bukti, Pemerintah Seychelles mengizinkan umat Islam untuk menyiarkan pesan-pesan agama setiap Jumat, walaupun dalam durasi yang sangat terbatas yaitu hanya 15 menit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement