Ahad 23 Jul 2017 15:31 WIB

Aroh, Guru Kampus Jalanan

Belajar mengaji (Ilustrasi).
Belajar mengaji (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wanita berkerudung lebar itu terus tersenyum. Wajahnya mengguratkan banyak hal yang sedang dipikirkan. Tapi senyumnya meruntuhkan segala penat yang tersirat di wajahnya.

Aroh, nama wanita 30an tahun itu, terlihat begitu bersemangat belajar bersama "anak-anaknya". Beberapa bocah pun tampak gembira sembari memeluk tubuhnya yang ramping.

Sehari-hari ia akan habiskan waktunya bersama anak-anak di rumahnya. Menghabiskan waktu bersama untuk sekadar membaca buku cerita, mengaji, belajar Iqro', bahkan menghafal Alquran.

"Kadang saya kalau lagi malas terus bilang sama suami, 'diliburin dulu ya anak-anak!', eh ternyata yang datang banyak. Sampai malu dengan diri sendiri melihat semangat mereka yang luar biasa," kata Aroh berkisah soal anak-anaknya.

Anak-anaknya, bukan anak kandungnya. Jumlahnya belasan, bahkan puluhan. Semua adalah anak-anak tetangganya di dusun Kweni, Panggungharjo, Sewon, Bantul.

Sudah empat tahun terakhir ia bersama mereka di komunitas Kampuz Jalanan yang diinisiasi oleh suaminya, tepatnya sebelum ia menikahi suaminya. Aroh hanya sebagai penerus tanpa sengaja berkontribusi banyak.

Tiap sore, anak-anak akan datang ke rumahnya untuk belajar Iqro' atau Alquran. Selesai simak-menyimak, acara dilanjut dengan hafalan Quran masing-masing anak. Soal menghafal, Aroh memang sudah memulainya sendiri sejak kecil.

"Saya ini termasuk produk dari kekerasan orang tua," kata Aroh yang mengundang tanya.

Kekerasannya yang ia maksud adalah almarhum orang tua Aroh sangat disiplin mendidiknya. Setiap hari, Aroh kecil disuruh menghafal. Bahkan, ia seringkali dibatasi bermain dengan teman-temannya.

Namun, semua itu terasa manfatnya sekarang. Kebiasaan disiplin yang diterapkan orang tuanya membuat ia mengerti banyak tentang agama. Ia pun ingin membagi semangat menghafal Alquran itu kepada anak-anak di sekitar rumahnya.

Kini, ayah-ibunya telah tiada. Tapi semua kalimat baik itu telah tertanam dengan subur pada jiwa Aroh. Tak hanya lemah-lembut dan sholihah, Aroh sekaligus sosok yang kuat tekad dan pendiriannya.

Kebanyakan wanita seusianya hanya sibuk dengan urusan rumah tangga. Tapi ia sibuk mengurus nasib agama anak orang. Semoga ikhtiarnya selalu diberkahi dan menjadi jalan surga baginya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement