Selasa 18 Jul 2017 20:33 WIB

Khofifah: Ponpes Jadi Benteng Pertahanan Pilar Kebangsaan

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa.
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa.

REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa mengatakan, pondok pesantren menjadi benteng pertahanan empat pilar kebangsaan, yakni Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Undang-Undang Dasar 1945.

"Tidak perlu diragukan lagi perjuangan para santri pondok pesantren dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan serta menjaga keutuhan NKRI. Setelah merdeka, perannya bertambah karena juga bertugas membentuk karakter bangsa, dengan latar belakang keberagaman etnis dan kemajemukan keyakinan," kata Khofifah usai menghadiri acara halal bihalal di Pondok Pesantren Minhajut Thullab, Konawe Selatan, Sultra, Selasa (18/7).

Peran tersebut, kata Khofifah, harus tetap dipertahankan, mengingat saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi ujian dan tantangan lantaran maraknya gerakan dan aksi yang mengancam kebhinekaan dan persatuan bangsa.

Ulama dan pengasuh ponpes, kata Khofifah, merupakan tokoh yang mempunyai fungsi strategis sebagai pengayom dan pemersatu umat. "Signifikansi peran tersebut lantaran pondok pesantren bekerja membentuk akhlak anak didik yang nantinya menjadi pewaris bangsa. Tentunya memberikan pendidikan berbasiskan agama Islam yang rahmatan lil alamin. Islam yang sejuk, Islam yang toleran," katanya.

Ditanya soal munculnya aksi yang ingin menjadikan Indonesia sebagai negara Islam dengan sistem khilafah, Khofifah di hadapan pengasuh pondok pesantren dan ratusan anggota Muslimat NU, menegaskan Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945 sudah final dan menjadi konsensus bersama. Para pendiri negara ini, kata dia, sudah menyepakati bentuk negara dan sistem pemerintahan yang mengakomodasi seluruh kelompok, golongan, dan semua agama yang ada di Indonesia.

"Saya sering berpesan, agar kita menempatkan posisi kita sebagai orang Indonesia yang beragama Islam, bukan sebaliknya menempatkan sebagai orang Islam yang kebetulan berada di Indonesia. Dengan begitu, ada rasa tanggung jawab manakala bangsa ini diganggu. Itu adalah manifestasi nyata dari hubbul wathan minal iman," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement