Rabu 07 Jun 2017 17:15 WIB

Kesabaran Nabi Nuh

Kaum Nabi Nuh (ilustrasi).
Foto: Bordeaux-undiscovered.co.uk
Kaum Nabi Nuh (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap nabi mendapatkan tugas untuk berdakwah. Mereka menyerukan kepada umatnya agar menyembah Allah.

Di zaman Nabi Nuh, banyak kaumnya yang menyembah berhala. Nabi Nuh sudah berusaha mati- matian mengingatkan kaumnya agar kembali pada Allah. Ratusan tahun Nabi Nuh berdakwah. Hanya 80 orang yang mengikuti seruan dakwah Nabi Nuh.

 

Tak bosan-bosan Nabi Nuh mengingatkan tapi sayang, kaum Nabi Nuh tak mau mendengarkan. Mereka justru menghina Na bi Nuh. Nabi Nuh sudah mengingatkan agar mereka meninggalkan berhala. Kalau tidak, akan ada banjir besar yang melanda mereka sebagai hukuman dari Allah. “Nuh kan manusia biasa, sama seperti kami. Mana mungkin dia bisa mengetahui sesuatu sebelum terjadi,” ejek kaum Nabi Nuh. Mereka tidak memercayai petunjuk Nabi Nuh.

Nabi Nuh tetap mengajak kaumnya untuk bertaubat. Petunjuk Allah tidak bisa dipaksakan. Anak Nabi Nuh yang bernama Qan’an juga tidak patuh. Nabi Nuh sedih, tapi ia tetap tidak menyerah. Bersama 80 pengikutnya, Nabi Nuh membuat kapal. Berdasarkan petunjuk Allah, semua yang berada di kapal itu bisa selamat dari banjir besar.

Rupanya, masih banyak yang menghina Nabi Nuh ketika ia membuat kapal. “Sudahlah, tak usah banyak bicara. Buktikan saja kapan banjir besar itu datang,” kata mereka.

Nabi Nuh bersabar. Ia mengatakan, hanya Allah yang mengetahui kapan banjir itu akan tiba. Kaum Nabi Nuh tidak percaya banjir besar akan datang karena laut begitu jauh dari kehidupan mereka. Walaupun sudah dijelaskan berulang-ulang, mereka masih saja ingkar.

Suatu hari, saat Nabi Nuh dan beberapa kaumnya yang taat sudah selesai membuat kapal, petunjuk Allah datang lagi. Dalam Alquran surah Hud ayat 40, Allah menyuruh Nabi Nuh naik ke kapal.

Semua pengikutnya yang taat beserta hewan-hewan yang mau mendengarkan petunjuk Nabi Nuh naik ke kapal. Mereka membawa per bekalan. Hewan-hewan berkumpul.

Seketika, turunlah hujan lebat. Negeri Nabi Nuh terkena banjir besar. Orang-orang yang ingkar hanyut bersama banjir, termasuk putra Nabi Nuh.

Dari jauh, tampak Qan’an berusaha menyelamatkan diri ketika banjir mulai datang. Nabi Nuh masih mengajak anaknya agar mau naik ke kapal.

Sayang sekali, Qan’an bersikap sombong. Ia tak mau naik ke kapal. Ia memilih berenang dan naik ke gunung. Walaupun putra nabi, Qan’an yang ingkar kepada Allah ikut meninggal terseret banjir.

Keesokan paginya, langit cerah. Hujan berhenti. Air telah surut. Saat itu, kapal Nabi Nuh sudah sampai di wilayah Armenia. Nabi Nuh beserta kaumnya mengucapkan syukur kepada Allah. Mereka memulai kehidupan baru dalam naungan rahmat Allah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement