Senin 08 May 2017 16:15 WIB

Tak Sulit Melacak Keberadaan Islam di Semenanjung Korea

Rep: Ratna Ajeng Tedjomukti/ Red: Agung Sasongko
Muslim di Korea melangkah ke;uar dari salah satu masjid di Seoul.
Foto: EPA
Muslim di Korea melangkah ke;uar dari salah satu masjid di Seoul.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini 150 ribu Muslim hidup di Korea Selatan (Korsel) baik warga asli maupun warga negara lain yang tinggal di Korea. Namun, statistik terakhir menyebutkan, sebanyak 30 persen dari jumlah tersebut adalah warga Korea asli.

Umat Islam di Korea merupakan warga asli dan imigran. Muslim asli Korsel rata-rata berasal dari kalangan berpendidikan tinggi dan mengenyam pendidikan di luar negeri, terutama negara-negara Islam. Mereka sangat aktif menyebarkan Islam di masyarakat Korsel dan menyediakan dukungan sosial bagi umat Islam yang baru tiba.

Sementara, imigran Muslim biasanya adalah Arab Timur Tengah. Bukan hanya didominasi warga asing dari negara-negara Arab, melainkan juga dari Timur Tengah secara umum. Jumlah imigran Muslim baik legal maupun ilegal diperkirakan mencapai 113.266 orang pada 2012.

Mereka yang datang ke Korsel biasanya merupakan pelajar dari negara Teluk yang telah menetap dan kemudian menjadi pebisnis. Namun, Muslim yang berasal dari Mesir, Sudan, dan lainnya biasanya hanya menjadi buruh kasar.

Meningkatnya jumlah Muslim di Korea juga disebabkan oleh pernikahan internasional antara warga Korsel dan warga asing yang beragama Islam. Sebanyak 140 ribu migran yang menetap di negara ini menikah sesuai data imigrasi Korsel pada 2012. Dari jumlah tersebut, sebanyak 4.687 orang merupakan Muslim, meski hanya sekitar 302 migran berasal dari Timur Tengah.

Korsel juga menjadi destinasi bagi para pelajar asing yang beragama Islam. Sejak 2008 Pemerintah Korsel aktif menarik minat studi mahasiswa asing dan memberikan beasiswa kepada tak kurang dari 3.000 siswa.

Setelah menyelesaikan gelar mereka, banyak pelajar Muslim yang mendapatkan pekerjaan di Korsel. Mereka pun menjalin hubungan yang positif dengan penduduk lokal sehingga banyak warga asli Korsel yang mengenal Islam dan nilai budaya agama ini.

Tak sulit melacak keberadaan Islam di Semenanjung Korea. Sejarah mencatat, Islam masuk ke kawasan ini sekitar pertengahan hingga akhir abad ketujuh. Islam dibawa oleh pedagang Muslim yang melintasi daerah kekuasaan Dinasti Tang di Cina dan menjalin komunikasi dengan Kerajaan Silla di Korea.

Pada 751 Masehi, jenderal Cina keturunan, Goguryeo Gao Xianzhi, memimpin Perang Talas bersama Dinasti Tang melawan khalifah Abbasiyah, kendati kalah. Namun, sumber yang dapat dibuktikan menyatakan kehadiran Islam di Korsel pada abad kesembilan saat Kerajaan Silla masih bersatu.

Korsel ketika itu kedatangan navigator dan pedagang dari Persia dan Arab. Menurut ahli geografi Muslim Persia abad kesembilan, yaitu Ibnu Khordadbeh, banyak dari mereka yang menetap di Korsel dan mendirikan desa-desa komunitas Muslim.

Pemukim yang menetap di Korsel banyak berasal dari Irak dan dipimpin oleh Hasan Raza. Bukti lain ditunjukkan dengan adanya komunitas Muslim Timur Tengah di Silla adalah patung-patung penjaga istana dengan karakteristik khas Persia.

Pada 1154, Korsel masuk dalam atlas dunia yang disusun oleh seorang ahli geografi Muslim, yakni Muhammad al-Idris, dalam karyanya yang diberi nama Tabula Rogeriana. Peta dunia tertua yang dicetuskan di Korsel, yaitu Kangnido, menarik perhatiannya tentang wilayah barat dan geografi Islam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement