Selasa 02 May 2017 05:29 WIB

Tiga Versi Keberadaan Bukit Thursina

Rep: Syahruddin el-Fikri/ Red: Agung Sasongko
Lokas 12 Mata Air Musa di Mesir
Foto: wikipedia.org
Lokas 12 Mata Air Musa di Mesir

 

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Benarkah lokasi mata air musa berada di Bukit Thursina? Benarkan hal tersebut?

Sekali lagi, memang dibutuhkan upaya lebih cermat dan teliti untuk membuktikan kebenaran hal ini. Ada beberapa pihak yang meragukan lokasi bukit Thursina, Sinai, Mesir, ini sebagai tempat Musa AS berbicara dengan Allah. Pada edisi Islam Digest, telah pernah dibahas mengenai keberadaan bukit Thursina.

Setidaknya, ada tiga versi mengenai keberadaan bukit Thursina. Versi pertama, adalah di Sinai, Mesir. Sebab, di lokasi ini ditemukan patung anak lembu, yang dipercaya dibuat oleh Samiri. Pendapat ini didukung oleh Sayyid Quthb, sebagaimana diungkapkan dalam tafsirnya, Fi Zhilal al-Qur'an (Di Bawah Naungan Alquran).

Versi kedua, menyebutkan, bukit Thursina berada di selatan Nablus (Palestina) atau yang dinamakan Jurzayem. Pendapat ini merujuk pada Bangsa Kanaan yang membangun Kota Nablus dan menamakannya dengan Syukaim, yaitu nama yang diubah bangsa Ibrani pertama menjadi Syukhaim, tempat tersebarnya kaum Yahudi dari sekte Samiri.

Sedangkan versi ketiga, menyebutkan, keberadaan bukit Thursina dan tempat berdialognya Nabi Musa dengan Allah adalah di sebelah barat negeri Syam.

Ar-Razi dalam tafsirnya menyatakan, kata thur siniin adalah bukit di Baitul Maqdis. Pendukung pendapat ini antara lain Qatadah, Kalibi, dan Muhammad bin Abdul Mun'im al-Himyari dalam bukunya Al-Raudh al-Mi'thar fi Khabari al-Aqthar.

Syauqi Abu Khalil dalam bukunya Atlas Hadis menyebutkan, bukit Thursina itu terletak di barat daya negeri Syam. Dan Sami bin Abdullah dalam bukunya Atlas Sejarah Nabi dan Rasul menyatakan, versi ketiga ini adalah pendapat yang paling kuat dibandingkan dua versi lainnya

Jika demikian, dimanakah sesungguhnya batu yang dipukul Musa atau 'Uyun Musa tersebut? Inilah yang perlu penelitian lebih mendalam. Namun, bila merujuk pada beberapa versi bukit Thursina, kemungkinan 'Uyun Musa tersebut berada di daerah Syam.

Apalagi bila berkaca pada peristiwa Nabi Musa memukul batu itu, kejadiannya adalah setelah keluar dari Mesir akibat kejaran Firaun dan balatentaranya.

Dan bila dilihat secara geografis batas wilayah suatu negara, sekarang ini wilayah Palestina atau Syam, tidak berada di wilayah Mesir, tapi merupakan wilayah tersendiri. Namun, yang perlu dicermati, wilayah Mesir dahulunya sangat luas, sebelum adanya pemetaan wilayah seperti sekarang ini.

Sementara itu, Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyatakan, batu yang dipukul Musa itu sudah tidak ada lagi. Mengingat, ayat 60 surah al-Baqarah, yang berbunyi Infajarat bermakna keadaan sesudah pancaran pertama. Dan ayat ini termasuk golongan Madaniyah.

Sedangkan dalam surah al-A'raf [7] ayat 160, berbunyi infajasat yang berarti pancaran (memancar), kata Ibnu Katsir, adalah pemberitaan ihwal mereka dengan menggunakan kata ganti orang ketiga, yang ditujukan kepada golongan Bani Israil. Dan ayat ini, menurut Ibnu Katsir, termasuk dalam kategori ayat Makkiyah. Karena itu, pemakaian kedua kata ini dalam dua tempat yang berbeda, adalah sesuai dengan konteksnya.

Batu dari jenis apakah yang dipukul Musa itu? Ibnu Katsir, menyatakan, para mufasir berbeda pendapat tentang hal ini. Apakah batu yang sudah ditentukan, atau batu dari jenis tertentu. Mengutip keterangan al-Hasan, ''Musa tidak disuruh memukul wujud batu itu.''

Kejadian ini lebih menonjolkan kemukjizatan dan menerangkan kekuasaan. Maka Musa memukul batu dengan tongkatnya, lalu memukul lagi dengan tongkatnya hingga kering. Dan kata Ibnu Katsir, pendapat ini lebih mendekati kebenaran.

Sebagian lagi, ada yang memercayai, batu Musa itu masih ada. Disana terdapat tujuh lubang yang tersusun. Sedangkan yang lima buah lagi, sudah tertutup. Wallahu a'lam.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement