Rabu 15 Feb 2017 16:30 WIB

Sabar Saat Didera Sakit

Rep: Amri Amrullah/ Red: Agung Sasongko
Sabar/ilustrasi
Sabar/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak selamanya tubuh dalam keadaan fit. Pada suatu masa, sakit datang menerjang dan membuat tubuh lemah terbaring. Sebagian orang mengeluhkan rasa sakit yang dideritanya. Sebagian lainnya memilih bersabar atas rasa sakitnya itu. Ia berobat dan berharap sakit itu menjadi perantara tertebusnya dosa dan membuatnya menjadi pribadi yang lebih baik.

Sayyid Sabiq melalui bukunya Fiqih Sunnah menganjurkan agar orang yang sakit itu tabah dan bersabar menghadapi penyakit yang dideritanya. Sebab, ujar dia, tak ada pemberian yang berharga dari Allah SWT kepada seorang hamba, kecuali kesabaran dalam menghadapi segala sesuatu, termasuk sakit.

Ia menyitir hadis yang diriwayatkan Mudlim dari Syua’ib bin Sanan. Melalui hadis ini, Muhammad SAW menyatakan, sungguh ajaib keadaan seorang mukmin itu. Bagaimana pun keadaan yang dihadapinya, semuanya menjadi sebuah kebaikan. Jika si mukmin itu meraih kegembiraan, ia bersyukur dan itu adalah kebaikan.

Sebaliknya, saat mukmin didera kemalangan, ia bersabar. Dan sikap sabar itu juga adalah kebaikan. Ada beberapa hadis mengungkapkan, sakit menjadi penghapus kesalahan dan melenyapkan dosa. Sakit dikategorikan sebagai cobaan pada diri seseorang, apakah ia akan bersabar atau sebaliknya.

Dalam hadis yang diriwayatkan Bukhari dari Ibnu Mas’ud, Rasulullah menerangkan hal tersebut. Ibnu Mas’ud mengatakan kepada Rasulullah yang kala itu sedang demam. Ya Rasulullah, badanmu amat panas,” katanya. Rasul menjawab, Memang, suhuku naik sampai dua kali lipat suhu kalian saat demam.”

Dia merespons, sebabnya mungkin karena diberi pahala dua kali lipat. Benar begitu. Dan juga tidak seorang Muslim pun yang ditimpa kesakitan mulai dari tusukan duri hingga lebih berat dari itu, kecuali dengan itu dihapuskan oleh Allah kesalahan-kesalahannya seperti kayu yang menggugurkan daun-daunnya,” jelas Rasulullah.

Sayyid Sabiq menambahkan, orang yang sakit boleh mengadukan sakit yang dideritanya kepada dokter atau temannya. Selama hal itu bukan merupakan pelampiasan amarah dan kekecewaan hati,” katanya. Menurut dia, Aisyah pernah mengadu kepada Nabi Muhammad SAW bahwa ia sakit kepala. Demikian pula beliau.

Kesabaran saat sakit menimpa, bukan berarti seseorang tak boleh berobat. Sayyid Sabiq menjelaskan, berobat adalah perintah agama, bahkan Rasul menganjurkan umatnya untuk berobat. Saat ditanya sahabatnya bolehkah mereka berobat, Muhammad mengatakan berobatlah.

Sebab, Allah tidak menaruh sesuatu penyakit melainkan menyediakan obatnya. Kecuali satu penyakit, yaitu penyakit tua. Setiap penyakit ada obatnya. Jika sakit telah diobati, penyakit itu akan sembuh dengan izin Allah.” Demikian pernyataan Rasul dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dari Jabir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement