Jumat 20 Jan 2017 23:30 WIB

Pembina PKU Gontor: Tradisi Ulama Adalah Menulis

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Salah satu sudut kampus Pondok Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur.
Foto: ikpmsidoarjo.blogspot.com
Salah satu sudut kampus Pondok Modern Gontor, Ponorogo, Jawa Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Program Kaderisasi Ulama (PKU) Gontor menyambangi kantor Republika, Jumat (20/1). Kehadiran PKU Gontor, selain untuk berbagi juga ingin meminta masukan dalam pemberitaan ke publik.

Pembina PKU Gontor Henri Salahuddin mengatakan tradisi ulama sejak dahulu adalah menulis. Karena itu karya-karya mereka dapat masih dinikmati dan bermanfaat sampai sekarang.

"Tradisinya menulis bukan public speaking," kata Hendri, Jumat (20/1).

Henri mengatakan saat ini zamannya sudah berubah. Untuk mengatasi berita yang berkejaran saat ini PKU Gontor meminta trik dan tips untuk tetap tidak tertinggal dan juga tidak kecanduan berita.

"Karena memang kita tidak perlu menjadi pakar semuanya, tidak semua berita kita perlukan saat ini juga banyak cyber patrol, karena itu perlu bimbingan," kata Henri.

Henri menjelaskan khusus tahun ini program PKU Gontor menerima 65 orang. Karena Provinsi Kalimantan mengirimkan 40 orang. Tapi sejak 2007 sampai sebelumnya PKU Gontor hanya menetapkan maksimal 30 orang.  

Redaktur khusus Republika Ikhawanul Kirom mengatakan, saat ini situasi nasional cukup genting. Sekarang, kata Kirom, untuk menjadi pemenang harus mengusai media.

"Bineka Tunggal Ika seakan bukan Islam, Di Jogja camat Kristen didemo rame-rame menolak Kristen, dan banyak hal lainnya," kata Kirom.

Kirom mengatakan ia yakin selama ada pendidikan Islam maka Islam tetap jaya di Indonesia. Gontor sebagai benteng Islam di Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement