Jumat 30 Dec 2016 18:08 WIB

Tokoh Nasional Bicara Dzikir Nasional Republika

Dzikir Nasional. Jamaah mengikuti acara puncak Dzikir Nasional 2015 yang dipimpin oleh Ust Arifin Ilham di Masjid At-Tin, Jakarta, Kamis (31/1).
Foto: Republika/ Wihdan
Dzikir Nasional. Jamaah mengikuti acara puncak Dzikir Nasional 2015 yang dipimpin oleh Ust Arifin Ilham di Masjid At-Tin, Jakarta, Kamis (31/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tokoh nasional menyambut positif pelaksanaan Dzikir Nasional 2016 yang digelar Republika, Jumat-Sabtu (30/31-12). Berikut komentar para tokoh nasional:

Zikir Mengasah Keikhlasan Emban Amanat

 "Dalam zikir, terkandung spiritualisasi kehidupan secara autentik. Setiap orang yang senantiasa (melakukan) dzikrullah (mengingat Allah), ia akan menjadi insan yang ikhlas menjalani kehidupan. Termasuk, ikhlas dalam menjalankan amanat apa pun demi tegaknya kebaikan, kebenaran, dan keadilan. Setiap warga dan elite bangsa yang pandai berzikir dia tidak akan korupsi, menyimpang, dan sewenang-wenang karena (merasa) hidupnya diawasi dan dibimbing petunjuk Allah."

(Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah)  

Zikir Suprarasional dan Kunci Ikhlas

"Indonesia butuh berzikir rasional, berpikir supranasional, menjadikan segala perkara gaib seperti pahala, surga, neraka, menjadi rasional, sehingga kita semakin percaya dan terilhami dalam kehidupan sehari. Jika kita bisa gunakan rasionalitas itu, namanya berzikir supranasional. Indonesia akan terselamatkan dengan Indonesia Ikhlas yang benar-benar percaya pada yang gaib. Peradaban yang ikhlas akan sukses dan gemilang. Sejarah sudah membuktikannya."

(Ridwan Hasan Saputra, Pendiri Klinik Pendidikan MIPA (KPM))

 

Ikhlas Tangguh dan Gigih Berjuang

"Ikhlas tak sekadar kata-kata, tetapi juga diwujudkan dalam bentuk ketangguhan. Justru ikhlas itu harus diartikan dinamis bukan pasif dan nrimo. Kalau ingin menuju 'Indonesia Ikhlas', masyarakat Indonesia harus berjuang keras dan hal itu harus ditunjukkan dalam misi dan visinya, yakni berani hidup menghadapi tantangan serta bermanfaat bagi bangsa dan negara. Seseorang yang ikhlas itu justru berani menghadapi risiko, gigih, dan punya keberanian, tetapi tidak membabi buta. Masyarakat yang ikhlas memiliki semangat yang kompak untuk melakukan kebaikan.

(Mahfud MD, mantan ketua MK)

Zikir  untuk Perbaikan dan Peningkatan Amal

Zikir dan muhasabah merupakan kesadaran akal untuk menjaga diri dari pengkhianatan nafsu, melalui proses pencarian kelebihan dan kekurangan diri.  Muhasabah menjadi lampu di hati setiap orang yang melaksanakannya. Pergantian baru adalah momentum muhasabatun nafsi (evaluasi diri) atas berbagai amal yang telah dilakukan, agar kehidupan lebih baik dan bermakna di hadapan Allah SWT. Tanpa muhasabah tidak akan ada peningkatan kualitas amal.

Muhasabah dan Zikir Menuju Totalitas Berislam

Dengan ke-Mahakuasaan, keadilan, dan kebijaksanaan-Nya, Allah SWT memberikan hak sepenuhnya kepada manusia memilih beriman atau kafir. Jika seseorang memilih beriman, konsekuensinya ia harus aslama (berserah diri) kepada Allah untuk  mengatur dari A sampai Z kehidupan dirinya. Tidak ada pilihan bagi setiap mukmin, jika ia ingin selamat di dunia terutama di akhirat nanti kecuali ia harus istiqamah dalam keislamannya secara kafah (totalitas) sampai sakratulmaut tiba. Sejak detik ini segera kita ucapkan selamat tinggal sekularisme, untuk kemudian mari kita Islamkan setiap detak jantung kita.

(KH Athian Ali Muhammad Da'i, ulama)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement