Rabu 08 Jun 2016 07:03 WIB

Ketum Muhammadiyah: Media Sosial Buat Orang Kehilangan Adab

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Nur Aini
Sosial Media. Ilustrasi
Foto: Google
Sosial Media. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir menegaskan, ghibah dalam media apapun tetap dilarang. Haedar mengimbau umat Islam menjauhi hal tersebut.

"Ghibah di era internet makin tidak terbendung dan pelakunya merasa itu bukan ghibah," ujar Haedar saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (7/6).

Bahkan Haedar menyebut ghibah dalam infotaiment dikomoditikan hingga laris. Akibatnya orang menjadi terbiasa melakukan ghibah. Melalui Media Sosial (Medsos), kata Haedar, ghibah menjadi budaya baru. Sehingga cenderung menjadi kegemaran . "Medsos telah menjadikan orang kehilangan nilai-nilai keadaban," kata Haedar.

Perkembangan teknologi informasi dinilainya tentu tidak bisa dihindari, termasuk dengan munculnya Medsos baru yang digemari oleh masyarakat. Menurutnya, komunikasi lewat Medsos pun kini lebih masif ketimbang bertemu secara tatap muka. Orang akan lebih mudah bisa berkomunikasi tanpa terhalang jarak dan waktu.

Hal ini, menurut Haedar, dampak ghibah melalui internet atau Medsos lebih luas. Sebab, pengguna Medsos semakin masif. "Orang jadi terbiasa dengan ghibah, menjelekkan, membuka aib, membully, bikin hoax dan bentuk ghibah lainnya dengan ringan tanpa merasa salah," ujarnya..

Meskipun ghibah tidak membatalkan namun, menurut Haedar hal tersebut merusak nilai puasa. Seharusnya umat Islam harus berpatokan pada moral baik saat puasa maupun setelahnya.

Haedar mengingatkan agar pengguna Medsos harus mempagari diri dengan akhlak. Menurutnya, harus ada tuntunan Islam dalam menggunakan Medsos.

"Lalu harus ada gerakan pembudayaan tidak ghibah di dunia Medsos," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement